Pada bulan Agustus 2005, Badai Katrina menghantam New Orleans dalam bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya. Badai tersebut menyebabkan sekitar 80 persen kota terendam banjir, menyebabkan 1.392 kematian dan kerugian lebih dari $125 miliar. Badai ini bukan hanya tragedi bencana alam, tetapi juga momen ketika kerapuhan struktur sosial manusia terungkap.
"Ini adalah kegagalan institusional besar yang menunjukkan infrastruktur yang tidak memadai."
Pembentukan Katrina dimulai pada tanggal 23 Agustus 2005, ketika gelombang tropis bergabung dengan sisa-sisa Depresi Tropis Sepuluh. Dari sana, badai tersebut dengan cepat menguat sebelum menerjang daratan di Louisiana sebagai badai Kategori 5. Namun, daya mematikannya yang sebenarnya berasal dari cacat desain struktural.
Sebagian besar wilayah New Orleans berada di bawah permukaan laut, dan bendungan serta tanggul pengendali banjir di sekitarnya awalnya merupakan penghalang penting untuk melindungi kota. Namun, masalah dengan desain dan pemeliharaan fasilitas ini menyebabkan sistem perlindungan kota runtuh selama badai setelah badai, yang mengakibatkan konsekuensi yang tak terukur.
"Menurut American Society of Civil Engineers, lebih dari dua pertiga banjir disebabkan oleh beberapa kegagalan dinding banjir perkotaan."
Sebelum badai melanda, respons darurat pemerintah daerah dan federal dikritik secara luas. Meskipun sebagian besar penduduk diminta untuk mengungsi, ratusan ribu orang tetap terdampar di kota, menghadapi kesulitan dalam memperoleh makanan dan tempat berteduh. Respons pihak berwenang dianggap gagal, yang mengakibatkan hilangnya ribuan nyawa.
Bencana Katrina mengungkap masalah struktural yang mendalam dalam masyarakat Amerika, termasuk kemiskinan, kesenjangan rasial, dan kurangnya layanan sosial dasar. Masalah-masalah ini memperburuk dampak badai dan membuat rekonstruksi pascabencana menjadi sulit.
Pelajaran untuk Masa Depan"Badai Katrina telah menjadi kesempatan bagi banyak orang Amerika untuk mengkaji ulang kesetaraan sosial dan hak asasi manusia yang mendasar."
Setelah belajar dari Katrina, banyak kota mulai memperkuat fasilitas pengendalian banjir dan sistem manajemen darurat. Langkah-langkah dan strategi perlindungan baru tidak hanya harus menanggapi peristiwa iklim ekstrem, tetapi juga memperhitungkan kerentanan sosial untuk membangun kota yang lebih tangguh.
Bahkan setelah bencana, banyak masyarakat yang terkena dampak masih berjuang untuk membangun kembali. Dampak badai tidak hanya terbatas pada kerugian materi jangka pendek, tetapi juga memiliki dampak psikologis dan sosial yang luas, yang memaksa setiap orang untuk berpikir: Seberapa efektif kota kita dapat melindungi penduduknya dalam menghadapi bencana alam?