Dalam lingkungan transportasi abad baru, teknologi transportasi kereta api telah mengalami kemajuan yang signifikan, baik dalam hal keselamatan, ketepatan, maupun kenyamanan. Namun, terlepas dari itu, anjloknya kereta api masih terjadi dari waktu ke waktu, yang membuat kita berpikir: Bahkan dengan teknologi yang canggih, mengapa kereta api modern masih menghadapi risiko anjlok yang begitu tinggi?
Sejarah anjloknya kereta api berawal dari abad ke-19. Anjloknya kereta api pertama yang tercatat terjadi di Heights City, New Jersey, pada tahun 1833, ketika as roda yang patah menyebabkan kereta api anjlok. Kecelakaan itu menewaskan satu orang dan melukai 23 orang. Seiring dengan terus meningkatnya langkah-langkah keselamatan, frekuensi anjloknya kereta api telah menurun, tetapi anjloknya masih terjadi dalam sistem transportasi saat ini.
Saat menganalisis penyebab anjlok kereta, penyebabnya dapat dibagi menjadi beberapa kategori: kegagalan mekanis rel, kegagalan komponen pengoperasian kereta, kesalahan geometri rel, interaksi dinamis rel-kereta, dll.
Banyak kecelakaan disebabkan oleh kecelakaan, kesalahan pengoperasian, atau kegagalan peralatan lainnya.
Menurut Administrasi Perkeretaapian Federal, rel yang rusak dan sambungan las menyumbang lebih dari 15 persen anjlok kereta. Ketika struktur rel gagal mempertahankan stabilitas geometrisnya, terutama dalam kondisi iklim yang parah, hal itu lebih mungkin menyebabkan peristiwa anjlok kereta, yang telah diverifikasi dalam data historis.
Komponen kereta yang sedang berjalan, seperti as dan sistem suspensi, juga dapat rusak. Meskipun penerapan teknologi modern di bidang ini telah sangat mengurangi terjadinya kegagalan, namun tetap saja tidak dapat sepenuhnya menghilangkan semua kemungkinan bahaya.
Di masa lalu, metode operasi sering kali mengandalkan kontrol manual, yang dapat dengan mudah menyebabkan pengoperasian yang salah dan kecelakaan. Dengan perkembangan teknologi, sistem kereta api saat ini dilengkapi dengan sistem cerdas untuk meningkatkan keselamatan, tetapi kegagalan atau pengaturan yang salah dari sistem ini masih dapat menyebabkan konsekuensi yang mengerikan.
Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh anjloknya kereta api tidak hanya terbatas pada kereta api itu sendiri dan penumpangnya, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan serius pada infrastruktur di sekitarnya. Oleh karena itu, para pihak harus mempertimbangkan dengan saksama potensi risiko ini saat membuat pengaturan transportasi.
Meskipun teknologi dan sistem pemantauan modern dapat mengurangi risiko ketidaksesuaian secara signifikan, namun masih sulit untuk menghilangkannya sepenuhnya. Hal ini dikarenakan faktor eksternal (seperti perubahan cuaca dan bencana alam), kesalahan operasional, dan penuaan peralatan dapat memengaruhi pengoperasian normal kereta api.
Terjadinya ketidaksesuaian sering kali disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, bukan hanya satu alasan.
Dalam konteks kemajuan teknologi yang berkelanjutan, keselamatan transportasi kereta api juga memerlukan perhatian lebih. Selain inovasi teknologi, pemeliharaan peralatan terkait dan pelatihan personel di lokasi juga sama pentingnya untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan anjlok kereta api.
Secara keseluruhan, ketidaksesuaian merupakan masalah yang kompleks, dan seiring berkembangnya teknologi, risiko yang mendasarinya dapat terus berubah. Meskipun kita tidak dapat menghilangkan semua risiko, dengan kemajuan teknologi dan manajemen yang lebih baik, kita dapat berupaya meningkatkan keselamatan kereta api. Jadi, dalam menghadapi masa depan yang tidak dapat diprediksi, menurut Anda bagaimana kita dapat menemukan keseimbangan antara teknologi dan keamanan?