Di tempat kerja saat ini, kekerasan antar karyawan menjadi perhatian yang terus berkembang. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health, kekerasan di tempat kerja mencakup berbagai macam perilaku, mulai dari kekerasan fisik hingga ancaman, yang tidak hanya membahayakan kesehatan pekerja tetapi juga memengaruhi keselamatan tempat kerja secara keseluruhan. Fenomena ini memiliki konsekuensi yang luas, dan baik manajemen maupun karyawan harus mulai menghadapi masalah ini dan mengambil tindakan aktif untuk mencegah dan menanggapinya.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS, kekerasan dan cedera lain yang disebabkan oleh orang atau hewan menyumbang 17 persen dari semua kematian akibat pekerjaan pada tahun 2011.
Kekerasan di tempat kerja secara umum dapat dibagi menjadi empat jenis: kekerasan antar karyawan, kekerasan dalam hubungan pribadi, kekerasan oleh pelanggan atau klien, dan kekerasan dengan maksud kriminal. Kategori-kategori ini dapat dipecah menjadi tiga tingkatan, yang dinilai berdasarkan intensitas perilaku kekerasan. Tingkat 1 menyerupai tanda-tanda peringatan dini, seperti perundungan, kekasaran, atau perilaku tidak kooperatif; Tingkat 2 menunjukkan ancaman yang lebih nyata, yang melibatkan serangan verbal; Tingkat 3 mencakup kekerasan ekstrem dan bahkan dapat mengakibatkan pembunuhan. terjadi.
"Anda mendengar semakin banyak orang mengatakan 'kami tidak mengira ini akan terjadi di sini' tetapi itu bisa terjadi di mana saja dan kapan saja."
Menurut Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA), sekitar 2 juta pekerja Amerika melaporkan mengalami kekerasan di tempat kerja setiap tahun. Meskipun sebagian besar insiden ini tidak berakibat fatal, insiden tersebut tetap menyebabkan kerusakan psikologis dan material yang signifikan. Pakar industri seperti Katherine M. Bunchik menunjukkan bahwa di masa lalu, orang-orang terkejut ketika penembakan terjadi di tempat kerja, tetapi sekarang tampaknya hal itu telah menjadi norma.
Untuk mencegah kekerasan rekan kerja, supervisor dan manajer tempat kerja harus mengembangkan kebijakan perilaku yang jelas, mendidik karyawan tentang tanda-tanda peringatan potensial, dan memastikan lingkungan kerja yang terbuka dan aman. Bahkan, rekomendasi Departemen Tenaga Kerja AS mencakup pelatihan karyawan tentang risiko perilaku kekerasan dan menyediakan layanan dukungan yang mudah diakses.
"Tujuan kami adalah menciptakan lingkungan kerja yang aman dan bebas kekerasan."
Rasa mempertahankan diri sama pentingnya, terutama dalam hal mengenali tanda-tanda peringatan. FBI mencantumkan beberapa karakteristik perilaku pelaku potensial, seperti penurunan produktivitas, obsesi dengan senjata, dan suasana hati yang mudah berubah. Kewaspadaan terhadap tanda-tanda ini akan membantu mencegah potensi insiden kekerasan.
Tidak ada definisi universal tentang kekerasan di tempat kerja di seluruh dunia. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), berbagai negara memiliki pandangan yang berbeda tentang kekerasan di tempat kerja. Hal ini membuat identifikasi insiden kekerasan, pengumpulan data, dan pengembangan strategi pencegahan menjadi tantangan di seluruh dunia.
“22,8% pernah mengalami kekerasan dan pelecehan di tempat kerja.”
Mengingat hal ini, ILO telah meluncurkan sejumlah program dan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi dampak kekerasan di tempat kerja. Selain itu, survei global yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa kejadian kekerasan dan pelecehan bervariasi di berbagai wilayah, terutama di Amerika dan Afrika, di mana tingkat pelaporan insiden kekerasan jauh lebih tinggi daripada di wilayah lain.
Dengan memperhatikan dan memahami jenis-jenis kekerasan di tempat kerja dan mengapa hal itu terjadi, kita dapat mengembangkan strategi pencegahan dan respons yang lebih efektif. Karena kekerasan di tempat kerja dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, bagaimana kita dapat lebih memperkuat pencegahan di lingkungan kerja kita sendiri sehingga setiap karyawan dapat menikmati ruang kerja yang aman?