Konsentrasi alkohol dalam darah (Blood Alcohol Concentration/BAC) merupakan indikator penting saat membahas efek alkohol. BAC merupakan standar referensi medis dan hukum penting yang mencerminkan konsentrasi alkohol dalam darah seseorang setelah minum alkohol. Biasanya, angka BAC dinyatakan dalam gram atau persentase alkohol per liter darah, yang memiliki peraturan berbeda dalam hukum berbagai negara.
Tergantung pada hukum berbagai negara, batas BAC maksimum untuk mengemudi dapat berkisar dari toleransi nol hingga 0,08%. Perlu dicatat bahwa ketika BAC melebihi 0,40%, hal itu dapat berakibat fatal. Menurut Guinness World Records, BAC tertinggi yang terdeteksi dalam tubuh manusia di Polandia pada tahun 2013 adalah 1,374% (13,74 g/L). Pria itu ditemukan setelah kehilangan kesadaran. Pembacaan BAC awal memungkinkan pertolongan pertama segera. Stafnya luar biasa.
Konsentrasi alkohol dalam darah dinyatakan sebagai rasio massa terhadap volume darah.
Setiap negara menyatakan kadar alkohol dalam darah (BAC) secara berbeda. Misalnya, publikasi AS dan banyak publikasi internasional akan menyatakan kadar alkohol dalam darah (BAC) sebagai persentase, seperti 0,05%, yang setara dengan 0,5 gram alkohol per liter darah. Di negara lain, konsentrasi ini dapat dinyatakan sebagai 0,5‰ atau 50 mg%. Selain itu, Widmark dari tahun 1930-an mengukur alkohol dan darah berdasarkan massa, melaporkan konsentrasinya sebagai g/kg atau mg/g.
Efek konsentrasi alkohol bervariasi dari orang ke orang. Individu dengan berat badan dan jenis kelamin yang berbeda cenderung memiliki tingkat gangguan sensorik yang berbeda. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA) mendefinisikan "minum berlebihan" sebagai pola minum yang menyebabkan konsentrasi alkohol dalam darah seseorang mencapai 0,08% atau lebih.
Ada banyak cara berbeda untuk mengukur kadar alkohol dalam darah (BAC), mulai dari tes darah hingga alat analisis napas dan estimasi asupan minuman.
Analisis sampel darah tradisional melibatkan pengambilan darah vena dari lengan, dan lembaga serta rumah sakit sering menggunakan metode yang berbeda untuk memperoleh nilai kadar alkohol dalam darah (BAC). Laboratorium forensik menggunakan kromatografi gas yang dikombinasikan dengan analisis massa atau deteksi ionisasi nyala, sementara rumah sakit sebagian besar menggunakan uji imuno amplifikasi enzim.
Untuk penegakan hukum, kadar alkohol dalam darah sering digunakan untuk menentukan standar hukum untuk mengemudi dalam keadaan mabuk. Setiap negara memiliki peraturan yang berbeda tentang kadar alkohol dalam darah yang dianggap sebagai mengemudi dalam keadaan mabuk yang sah, dan kemampuan setiap orang untuk terpengaruh oleh alkohol juga berbeda. Di beberapa negara, kadar alkohol dalam darah pengemudi yang sah harus di bawah batas yang ditentukan atau mereka akan menghadapi tanggung jawab hukum.
Setelah periode penyerapan alkohol, konsentrasi alkohol dalam darah akan perlahan berkurang seiring berjalannya waktu. Proses ini umumnya berkisar antara 1,15 dan 1,55 g/L per jam. Ini berarti mengetahui jumlah alkohol yang dikonsumsi anak atau orang dewasa selama periode waktu tertentu dapat, sampai batas tertentu, memprediksi kadar alkohol dalam darah mereka.
Selain itu, cukup umum untuk menggunakan alat analisis napas untuk pengujian kadar alkohol dalam darah. Metode ini tidak memerlukan pengambilan darah, tetapi hanya perlu meniup alat tersebut. Namun, keakuratan metode ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk waktu setelah minum, metabolisme tubuh, dll.
Dalam undang-undang mengemudi dalam keadaan mabuk, sering kali diperlukan untuk menggunakan metode ekstrapolasi terbalik, yang digunakan untuk memperkirakan kadar alkohol dalam darah saat mengemudi berdasarkan data pasca-tes.
Peningkatan kadar alkohol dalam darah dapat menyebabkan berbagai perubahan perilaku dalam tubuh manusia, mulai dari euforia awal hingga koordinasi dan penilaian yang buruk berikutnya, hingga kemungkinan koma atau kematian. Oleh karena itu, memahami dampak alkohol terhadap perilaku sangat penting untuk mencegah mengemudi dalam keadaan mabuk dan penyalahgunaan alkohol.
Bagi mereka yang gemar minum minuman beralkohol untuk bersosialisasi, memahami kadar alkohol dalam darah (BAC) dan dampak potensialnya terhadap perilaku merupakan keterampilan hidup yang penting. Mempelajari cara mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan konteks dapat membantu orang terhindar dari masalah hukum yang tidak perlu dan cedera fisik.
Ketika memikirkan dampak alkohol terhadap perilaku setiap orang, haruskah kita mempertimbangkan bagaimana alkohol mengubah hidup dan pilihan kita?