Dalam hal undang-undang mengemudi dalam keadaan mabuk, Kadar Alkohol dalam Darah (Blood Alcohol Content/BAC) menjadi indikator utama. Mengapa angka 0,08% menjadi batas legal di banyak negara? Apa dasar ilmiah untuk batas ini, dan apa implikasinya terhadap keselamatan jalan raya?
BAC adalah ukuran jumlah alkohol dalam darah seseorang, biasanya dinyatakan sebagai massa/volume. Di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, BAC ditulis sebagai persentase, sehingga 0,08% berarti 0,08 gram alkohol per 100 mililiter darah. Standar ini banyak digunakan dalam undang-undang di seluruh dunia sebagai batas legal untuk mengemudi.
Menurut standar internasional, konsentrasi alkohol yang melebihi 0,40% dapat berakibat fatal, sedangkan 0,08% dianggap sebagai batas untuk minum dan mengemudi.
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ketika kadar alkohol dalam darah (Blood Alcohol Content/BAC) mencapai 0,08%, indera dan waktu reaksi manusia akan terpengaruh secara signifikan. Dampak ini berhubungan langsung dengan keselamatan berkendara. Penelitian juga menunjukkan bahwa pada konsentrasi ini, kemungkinan korban terlibat dalam kecelakaan lalu lintas meningkat secara signifikan.
Misalnya, batas legal untuk mengemudi dalam keadaan mabuk di banyak negara dan kawasan biasanya antara nol dan 0,08%. Kisaran ini tidak hanya didasarkan pada hasil penelitian ilmiah, tetapi juga memperhitungkan harapan masyarakat terhadap keselamatan kendaraan.
Survei menunjukkan bahwa ketika kadar alkohol dalam darah (Blood Alcohol Content/BAC) pengemudi 0,08%, kemungkinan terjadinya kecelakaan beberapa kali lebih tinggi daripada ketika kadar alkohol dalam darah (Blood Alcohol Content/BAC) pengemudi 0,00%.
Beberapa negara telah mengadopsi kebijakan toleransi nol, yang berarti bahwa setiap pengemudi yang ditemukan memiliki alkohol dalam darahnya akan menghadapi konsekuensi hukum. Kebijakan seperti itu tidak diragukan lagi akan meningkatkan keselamatan publik, terutama di kalangan remaja dan pengemudi pemula.
Namun kebijakan seperti itu juga telah memicu diskusi tentang apakah setiap orang memiliki toleransi yang berbeda terhadap alkohol, dan apakah tindakan tersebut terlalu ketat?
Saat ini, ada beberapa cara untuk mengukur kadar alkohol dalam darah (BAC). Metode yang paling umum meliputi tes darah dan tes napas. Tes napas sering digunakan dalam pemeriksaan DUI dan memberikan hasil yang cepat, sedangkan tes darah umumnya dianggap sebagai pengukuran yang lebih akurat.
Dalam pengujian forensik, teknik pengujian yang digunakan meliputi kromatografi gas dan spektrometri massa, yang dianggap paling akurat.
Kisaran kadar alkohol dalam darah yang dapat diterima sangat bervariasi di antara berbagai negara. Misalnya, di beberapa negara Eropa, batas legal adalah 0,05%, sementara di negara lain, seperti Polandia, adalah 0,02%. Perbedaan ini membuat kita merenungkan faktor apa saja yang dipertimbangkan saat merumuskan undang-undang ini.
Batas kadar alkohol 0,08% dianggap sebagai standar keselamatan utama dalam undang-undang di sebagian besar negara. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, pemahaman kita tentang mengemudi dalam keadaan mabuk pun terus berkembang. Dalam menghadapi kebutuhan sosial dan perubahan hukum, apakah suatu hari nanti kita akan melihat batasan ini disesuaikan lebih lanjut, atau memperkenalkan standar lain untuk memastikan keselamatan di jalan raya?