Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) telah lama dianggap sebagai gangguan yang hanya menyerang anak-anak. Namun, seiring dengan semakin mendalamnya penelitian ilmiah, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa ADHD bukanlah penyakit yang secara alami membaik selama masa pertumbuhan, dan gejalanya berubah seiring bertambahnya usia. Menurut klasifikasi DSM-5, ADHD adalah gangguan perkembangan saraf seumur hidup yang gejalanya dapat menunjukkan karakteristik dan tingkat yang berbeda pada berbagai tahap kedewasaan.
ADHD dijelaskan dalam DSM-5 sebagai "gangguan perkembangan saraf seumur hidup," yang berarti gejalanya sangat bervariasi antara anak-anak dan orang dewasa.
Menurut penelitian terbaru, sekitar dua pertiga anak-anak dengan ADHD akan terus mengalaminya hingga dewasa, dan tingkat keparahan serta manifestasi gejala bervariasi dari orang ke orang, mulai dari ketidaknyamanan kecil hingga gangguan parah pada fungsi sehari-hari. Khususnya pada orang dewasa, ADHD lebih cenderung menunjukkan kecemasan batin dan kurangnya konsentrasi. ADHD pada orang dewasa sering kali bermanifestasi sebagai kesulitan memulai dan menyelesaikan tugas, mudah lupa, dan keterampilan berorganisasi yang buruk.
Menurut DSM-5, ADHD dapat dibagi menjadi tiga manifestasi:
Di antara orang dewasa, bentuk defisit perhatian mayor adalah presentasi yang paling umum, dengan hampir 45% orang dewasa dengan ADHD memenuhi kriteria ini.
Di antara ini, perbedaan utama dalam kinerja pasien ADHD dewasa adalah bahwa gejala hiperaktivitas dapat menurun seiring bertambahnya usia. Faktanya, masalah yang dihadapi oleh banyak pasien ADHD dewasa lebih sering berupa kecemasan batin dan ketidakstabilan emosi.
Diagnosis ADHD biasanya harus dilakukan oleh dokter berlisensi, suatu proses yang biasanya mencakup wawancara terstruktur terperinci untuk mendapatkan riwayat medis lengkap pasien dan dampak gejala mereka saat ini terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Faktanya, karena gejala ADHD pada orang dewasa sering kali tumpang tindih dengan masalah kesehatan mental lainnya, banyak pasien mungkin menghadapi kesulitan dalam mendiagnosisnya.
Banyak orang dewasa mengalami kesulitan mendapatkan diagnosis yang tepat dan karena itu tidak menerima perawatan yang mereka butuhkan karena gejala-gejala yang tidak kentara ini.
Selain perubahan gejala, faktor lingkungan dan kesalahpahaman sosial tentang ADHD juga dapat menyebabkan kurangnya diagnosis dini. Banyak pasien dewasa mungkin tidak dapat menggambarkan riwayat medis mereka secara akurat ketika mencari nasihat medis, dan bahkan mungkin menutupi beberapa gejala yang jelas karena strategi penanganan yang berhasil.
ADHD juga menunjukkan gejala yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih mungkin menunjukkan bentuk-bentuk defisit perhatian, sementara laki-laki mungkin lebih mungkin menunjukkan perilaku hiperaktif atau impulsif. Oleh karena itu, perempuan sering salah didiagnosis atau tidak didiagnosis pada tahap awal.
ADHD pada perempuan sering kali muncul dengan perilaku yang lebih halus, yang dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis.
Selain itu, di bawah pengaruh peran sosial dan budaya, perempuan sering kali mengembangkan beberapa strategi penyembunyian untuk membuat gejala mereka tidak terlalu terlihat oleh orang lain. Karena perbedaan ini, kebutuhan dan hasil pengobatan mungkin berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Dalam proses memahami bagaimana ADHD berubah seiring bertambahnya usia, komunitas ilmiah masih perlu mengeksplorasi lebih jauh mekanisme di baliknya, termasuk gen, faktor lingkungan, dan aktivitas fungsional otak. Penelitian yang muncul tampaknya mendukung gagasan bahwa gejala dan pola perilaku ADHD berevolusi seiring bertambahnya usia dan pengalaman hidup.
Penelitian di masa depan harus terus berfokus pada cara meningkatkan regulasi kognitif dan emosional pada pasien ADHD dan beradaptasi lebih baik dengan lingkungan tempat tinggal mereka.
Temuan ini tidak hanya memungkinkan kita untuk lebih memahami ADHD, tetapi juga memberi pasien arahan pengobatan dan tindakan dukungan yang bermanfaat. Namun, dalam bidang yang semakin kompleks ini, kita masih perlu terus mengajukan pertanyaan baru untuk meningkatkan pemahaman yang lebih dalam dan strategi pengobatan yang kuat. Menurut Anda, masalah apa yang masih harus dipecahkan dalam penelitian ADHD?