Sendi akromioklavikular (sendi AC) terletak di bagian atas bahu. Sendi ini merupakan pertemuan akromion skapula dan klavikula. Sendi ini merupakan sendi sinovial planar. Meskipun strukturnya tampak sederhana, sendi ini sangat penting untuk fungsi pergerakan bahu. Sendi AD mudah cedera, terutama selama latihan berat. Oleh karena itu, memahami perubahan dan gejala halus cedera sendi AD dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini dan memberikan pengobatan yang efektif, sehingga tidak melewatkan waktu terbaik untuk pengobatan.
Stabilitas sendi akromioklavikular terutama bergantung pada dukungan tiga ligamen, yaitu ligamen akromioklavikular, ligamen humerus, dan ligamen korakoakromial.
Ligamen akromioklavikularis menghubungkan klavikula dan akromion skapula dan merupakan penopang sendi paling atas.
Meskipun ketiga ligamen ini kecil, kerusakannya dapat menyebabkan fungsi sendi akromioklavikularis terbatas, mulai dari ketegangan ringan hingga ruptur total, yang memengaruhi kehidupan sehari-hari dan fungsi olahraga. Oleh karena itu, sangat penting untuk mendeteksi tanda-tanda cedera yang samar.
Dalam keadaan normal, sendi akromioklavikularis memberikan kemampuan untuk mengangkat lengan ke arah kepala. Sendi ini berfungsi seperti penyangga, membantu gerakan tulang belikat untuk memungkinkan rentang rotasi lengan yang lebih besar. Namun, cedera pada sendi AC dapat terjadi ketika gaya eksternal diterapkan pada sendi, seperti dari jatuh atau "benturan" yang Anda dengar selama berolahraga.
Terpisahnya sendi AC, atau terpisahnya bahu, merupakan cedera olahraga umum yang sama sekali berbeda dengan dislokasi bahu.
Cedera ini paling sering terjadi pada olahraga benturan seperti hoki es, sepak bola, judo, dan selancar. Berdasarkan tingkat cederanya, cedera ini dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan. Selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan pencitraan seperti MRI dan USG dinamis juga penting untuk evaluasi khusus, terutama untuk cedera ringan, yang mungkin tidak terdeteksi oleh gambar statis biasa.
Tanda pertama cedera sendi AC sering kali berupa nyeri, tetapi perubahan kecil ini sulit diabaikan bersamaan dengan hilangnya rentang gerak. Misalnya, jika seseorang tiba-tiba mengalami ketidaknyamanan bahu saat melakukan latihan seperti angkat beban, ini bisa menjadi tanda bahwa sendi akromioklavikular berada di ambang cedera. Jika bahu Anda membengkak saat beraktivitas atau disertai memar, segera cari evaluasi medis.
Dalam beberapa kasus, pasien mungkin tidak merasakan nyeri atau ketidaknyamanan selama pemeriksaan, tetapi hasil pemeriksaan mungkin menunjukkan tanda-tanda kerusakan ligamen.
Oleh karena itu, kepekaan terhadap perubahan ini akan secara langsung memengaruhi deteksi cedera sendi akromioklavikular dan ketepatan waktu perawatan selanjutnya.
Diagnosis medis harus dicari sejak dini untuk menentukan apakah sendi akromioklavikular rusak. Ini biasanya mencakup riwayat terperinci, pemeriksaan klinis, dan studi pencitraan. Secara umum, cedera Tingkat I hingga II dapat sembuh sendiri dengan perawatan konservatif, sedangkan cedera Tingkat III dan di atasnya mungkin memerlukan pembedahan untuk memulihkan integritas ligamen.
Dalam kebanyakan kasus, Tingkat I dan II tidak memerlukan pembedahan dan dapat disembuhkan dengan perawatan konservatif dan terapi fisik.
Namun, untuk pasien dengan Grade III dan di atasnya, meskipun pembedahan mungkin diperlukan, observasi medis tetap menjadi kunci penanganan. Banyak pasien dapat kembali ke fungsi normal setelah 16 hingga 20 minggu, tetapi akan ada beberapa perubahan pada tampilan bahu.
Identifikasi cedera sendi akromioklavikular secara tepat waktu, terutama perubahan halus yang terdiferensiasi, bukan hanya tugas penting bagi para profesional medis, tetapi juga kognisi yang diperlukan bagi para atlet dan masyarakat umum. Dengan maraknya cedera olahraga, pencegahan dan diagnosis serta pengobatan yang tepat waktu menjadi sangat penting. Apakah Anda juga mampu peka terhadap perubahan pada tubuh Anda untuk menghindari kehilangan waktu terbaik untuk pengobatan?