Dalam bidang ilmu hayati, bovine serum albumin (BSA atau "Fraksi V") memegang peranan penting. Protein ini berasal dari serum sapi dan awalnya diisolasi berdasarkan metode pemurnian Edwin Cohen, memanfaatkan sifat kelarutan protein plasma yang berbeda. Tekniknya membagi protein dalam plasma menjadi beberapa "fraksi" dengan menyesuaikan konsentrasi pelarut, pH, konsentrasi garam, dan suhu, dengan albumin sebagai fraksi kelima. BSA tidak hanya digunakan secara luas dalam penelitian, tetapi juga memegang peranan penting dalam aplikasi medis.
Bovine serum albumin dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan bagi sel dan mendukung pertumbuhan serta pembelahannya. Ini adalah salah satu komponen inti dari kultur sel.
Polipeptida prekursor lengkap BSA terdiri dari 607 asam amino, tetapi diproses menjadi protein matang yang terdiri dari 583 asam amino. Protein ini memiliki tiga domain yang homolog tetapi berbeda secara struktural, yaitu I, II, dan III. Setiap domain dapat dibagi lagi menjadi dua subdomain, A dan B. Berat molekul BSA sekitar 66,5 kDa, dan titik isoelektriknya adalah 4,7 dalam air pada suhu 25°C. Ketika pH naik menjadi 5,2-7, stabilitas protein ini menurun, menunjukkan desain sifat khusus yang memungkinkannya berfungsi dalam berbagai lingkungan. Ia dapat berperan dalam lingkungan apa pun.
BSA, seperti albumin serum lainnya, sangat penting untuk menjaga tekanan osmotik koloid dalam kapiler. Ia mengangkut asam lemak, bilirubin, mineral dan hormon, dan juga memiliki sifat antikoagulan dan antioksidan. Karakteristik lain dari BSA adalah kemampuannya untuk mengikat berbagai zat, termasuk antibiotik dan obat-obatan tertentu, yang memungkinkannya bertindak sebagai penstabil dalam banyak reaksi biokimia.
Manfaat BSA dalam kultur sel meliputi berfungsi sebagai sumber nutrisi dan agen penghambat, meningkatkan afinitas antibodi, dan meningkatkan reproduktifitas hasil penelitian.
BSA digunakan secara luas dalam beberapa eksperimen biokimia, seperti enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), western blotting, dan imunohistokimia. Karena stabilitasnya yang tinggi dan reaksinya yang inert, BSA sering digunakan sebagai agen penghambat untuk membantu meningkatkan spesifisitas antibodi dan antigen, mengurangi kebisingan latar belakang, dan memperoleh sinyal yang lebih akurat. Hal ini, dikombinasikan dengan pasokan dan keterjangkauan BSA yang berkelanjutan, menjadikannya ideal bagi para peneliti yang melakukan uji coba.
Selain penggunaannya dalam immunoassay, BSA juga digunakan sebagai nutrisi dalam kultur sel dan mikroba. Hal ini dapat meningkatkan stabilitas enzim tertentu selama pencernaan DNA dan mencegahnya menempel pada tabung reaksi dan pipet, sehingga proses eksperimen menjadi lebih lancar. Penggunaan BSA untuk menentukan jumlah protein lain juga menjadi relatif mudah, dan para peneliti sering menggunakan uji protein Bradford untuk analisis komparatif.
BSA juga merupakan salah satu komponen utama serum sapi fetal. Penerapan serum sapi fetal telah membuat kultur sel menjadi lebih umum dan andal. Dengan perkembangan bioteknologi, BSA tidak hanya berfungsi sebagai pembawa, tetapi juga dapat memberikan wawasan berharga dalam beberapa penelitian sintesis gen dan peran ion logam. Fleksibilitasnya telah membantu para peneliti mencapai terobosan penting dalam berbagai bidang biologi, sehingga menjadikannya suatu keharusan di banyak laboratorium.
Beragam fungsi albumin serum sapi dan pentingnya dalam ilmu biologi menyoroti nilai dan potensinya. Seiring dengan semakin mendalamnya penelitian, cakupan penerapan BSA akan terus meluas, yang mendorong komunitas ilmiah untuk mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru. Jadi, bagaimana bioteknologi masa depan akan menggunakan BSA untuk lebih mendorong batasan-batasan sains?