Dalam sistem pernapasan manusia, trakea memegang peranan yang sangat penting. Ia bukan hanya saluran utama yang membawa udara dari tenggorokan ke paru-paru, tetapi juga memiliki struktur uniknya sendiri, yang memastikan fungsi dasar trakea. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi cincin tulang rawan berbentuk C pada trakea, fungsi misteriusnya, dan mengungkap bagaimana cincin tersebut membantu menjaga kerja pernapasan kita sehari-hari.
Trakea, saluran yang menghubungkan tenggorokan dan bronkus besar di kedua sisinya, panjangnya sekitar 10 hingga 11 cm dan diameternya 1,5 hingga 2 cm. Dindingnya terdiri dari beberapa cincin tulang rawan berbentuk C yang mengelilingi trakea untuk membentuk penyangga.
Cincin tulang rawan di trakea tidak lengkap dan berbentuk C. Desain ini tidak hanya menjaga keterbukaan trakea, tetapi juga memungkinkannya untuk mengembang dan berkontraksi saat beraktivitas.
Cincin trakea berbentuk C ini terbuat dari tulang rawan hialin yang transparan, dan biasanya berjumlah sekitar 16 hingga 20 buah. Keuntungan dari desain ini adalah saat kita menghirup atau mengembuskan udara, trakea perlu berubah bentuk untuk mengakomodasi perubahan aliran udara. Selain itu, bukaan cincin C ini menghadap ke bagian dalam trakea, dan sisi belakangnya dihubungkan oleh otot yang disebut otot polos trakea, yang memberikan elastisitas yang diperlukan.
Desain cincin trakea berbentuk C secara efektif dapat menahan gaya eksternal dan mencegah trakea kolaps karena tekanan.
Selain fungsi dasar ventilasi, bagian dalam trakea juga dilapisi oleh lapisan lendir, yang berfungsi untuk melindungi dan membersihkan. Silia yang menempel pada dinding bagian dalam trakea terus-menerus mengeluarkan partikel kecil dan bakteri yang menempel pada lendir dari tubuh, suatu proses yang disebut pembersihan mukosiliar. Saat kita batuk, kontraksi otot polos saluran napas memungkinkan partikel-partikel kecil ini dikeluarkan dengan cepat dari tubuh, sehingga saluran napas tetap terbuka.
Kesehatan trakea sangat penting bagi seluruh sistem pernapasan, dan kerusakan atau infeksi apa pun pada trakea dapat menyebabkan komplikasi seperti radang tenggorokan atau bronkitis. Secara klinis, sebagian besar penyebab utama trakeitis adalah infeksi virus, tetapi sebagian kecil di antaranya adalah infeksi bakteri.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, metode pemantauan dan penanganan trakea terus mengalami peningkatan, dan kini telah tersedia metode penanganan seperti intubasi trakea (intubasi) dan trakeostomi (trakeostomi).
Jika trakea rusak atau berpenyakit secara fisik, hal tersebut dapat menyebabkan stenosis saluran napas atau obstruksi total, yang secara langsung akan memengaruhi pernapasan pasien dan memerlukan intervensi medis darurat.
Dalam pengobatan regeneratif, para ilmuwan juga tengah mencari cara untuk mengganti atau memperbaiki trakea yang rusak secara efektif. Meskipun sejauh ini telah ada penelitian yang menggunakan sel punca atau bahan sintetis untuk transplantasi trakea, teknologi ini masih menghadapi banyak tantangan.
Dalam sebuah studi tahun 2021, dokter bedah berhasil menyelesaikan transplantasi trakea lengkap pertama, memberikan harapan baru bagi teknologi medis masa depan.
Cincin tulang rawan berbentuk C pada trakea merupakan bagian penting dari strukturnya, yang memungkinkan trakea tetap terbuka sambil menahan tekanan dari luar. Karena komunitas medis memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang trakea dan penyakitnya, akankah kita dapat menemukan pilihan pengobatan yang lebih maju untuk menangani penyakit saluran napas di masa mendatang?