Chevrotains, yang juga dikenal sebagai kancil, termasuk dalam Tragulidae, famili kecil ungulata, dan merupakan satu-satunya anggota subordo Tragulina yang masih ada. Hewan kecil yang hampir lucu ini, dengan sepuluh spesies yang masih ada, hidup di hutan Asia Selatan dan Tenggara dan kaya akan sifat misterius yang telah menarik perhatian para ilmuwan selama ribuan tahun. Para ilmuwan baru-baru ini melihat kancil punggung perak lagi di sebuah hutan di Vietnam, penampakan pertama yang dikonfirmasi sejak tahun 1990, menurut laporan baru.
"Chai Chichuan, dengan gaya hidupnya yang unik dan karakteristik fisiologis yang khas, telah menjadi topik penelitian yang hangat di kalangan ahli biologi."
Terkenal karena perawakannya yang mungil, Chai Chi Chuan adalah mamalia ungulata terkecil di dunia. Rusa Chai Chi Chuan Asia beratnya antara 1 dan 4 kilogram, sedangkan rusa Chai Chi Chuan Afrika jauh lebih besar, beratnya 7 hingga 16 kilogram. Dengan panjang rata-rata 45 cm dan tinggi rata-rata 30 cm, kancil Jawa (Tragulus javanicus) adalah mamalia berkuku terkecil yang masih hidup. Meskipun ada kata "rusa" dalam namanya, mereka tidak berkerabat dekat dengan rusa sungguhan.
Gaya hidup rusa Chai Chi Chuan juga cukup unik, hewan ini biasanya memakan tumbuhan dan hidup menyendiri atau dalam kelompok atau berpasangan. Struktur perut hewan ini juga menunjukkan bahwa ia adalah ruminansia purba, dengan perut empat bilik untuk membantu mencerna makanan nabati yang keras, tetapi bilik ketiganya kurang berkembang. Meskipun sebagian besar rusa Chai Chichuan adalah herbivora, rusa Chai Chichuan Shui terkadang memangsa serangga dan hewan kecil, dan kemampuan beradaptasi mereka terhadap air secara bertahap menarik perhatian para ahli biologi.
"Kaki Chai Chichuan pendek dan ramping, membantu mereka bergerak fleksibel di hutan lebat, yang memungkinkan mereka menghindari predator secara efektif."
Sejarah keluarga Chai Chichuan dapat ditelusuri kembali ke Zaman Zaitun sekitar 34 juta tahun yang lalu, dan menyebar luas sepanjang Miosen Awal. Meskipun telah berlalu ratusan juta tahun, struktur tubuh mereka hampir tidak berubah, menjadikan mereka contoh kuno ruminansia. Jari kaki berkaki empat, tidak adanya kelenjar wajah, dan perilaku reproduksi yang unik pada hewan ini menunjukkan hubungan dekat mereka dengan babi.
Saat ini ada sepuluh jenis Chai Chi Chuan yang diketahui, termasuk Shui Chuan Chuan, Indian Green Chai Chi Chuan, Sri Lanka Chai Chi Chuan, dll. Penemuan spesies ini tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang evolusi hewan, tetapi juga mendorong para ilmuwan untuk mengeksplorasi peran mereka dalam ekosistem modern.
Karena hilangnya habitat dan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan ekologis, kelangsungan hidup Chai Chichuan menghadapi ancaman besar. Banyak spesies telah mengalami penurunan populasi yang signifikan, dan melindungi habitat alami mereka telah menjadi bagian penting dari upaya konservasi global. Para ilmuwan telah mulai mengeksplorasi cara untuk melindungi hewan kecil yang menawan ini, termasuk membangun kawasan lindung dan melibatkan masyarakat lokal dalam upaya konservasi.
"Setiap reuni yang sukses merupakan langkah maju yang penting dalam konservasi Chai Chi Chuan dan mengingatkan kita akan hubungan dekat kita dengan konservasi alam."
Misteri Chai Chi Chuan tidak hanya menarik minat para ilmuwan, tetapi juga berakar dalam banyak latar belakang budaya. Dalam legenda Melayu, kancil dianggap sebagai simbol kemakmuran lokal dan bahkan telah menjadi lambang nasional kota Malaka. Citra mereka yang bijak dan licik membuat mereka memainkan peran penting dalam banyak cerita rakyat.
Melalui studi tentang Chai Chi Chuan, kita tidak hanya dapat memahami keajaiban dan keanekaragaman alam, tetapi juga memicu pemikiran mendalam tentang perlindungan ekologi dan hubungan antara manusia dan alam. Menghadapi tantangan perubahan ekologi global, dapatkah kita menemukan jalan yang berkelanjutan untuk melindungi makhluk kecil dan misterius ini dan terus memahami dunia di sekitar kita?