Demam merah, atau penyakit Mitchell, adalah penyakit pembuluh darah perifer yang langka dan menyakitkan yang terutama menyerang pembuluh darah di kaki atau tangan, dengan episode penyumbatan dan aliran darah yang berlebihan secara berulang. Ciri utama penyakit ini adalah rasa sakit yang membakar dan kemerahan pada kulit, dan serangannya sering kali dipicu oleh faktor-faktor seperti panas, tekanan, olahraga, kurang tidur, atau stres. Meskipun penyakit ini dapat muncul sebagai penyakit yang berdiri sendiri atau sebagai gejala penyakit lain, telah dilaporkan bahwa varian gen yang terkait dengan demam merah dapat membuat sistem saraf beberapa orang menjadi sangat sensitif terhadap rasa sakit.
Menurut penelitian, demam merah dapat dikaitkan dengan neuropati serat kecil, dan bagaimana perubahan ini secara fisiologis memengaruhi terjadinya rasa sakit masih harus dieksplorasi lebih lanjut.
Gejala utama demam merah meliputi kemerahan, pembengkakan, nyeri hebat, dan sensasi terbakar pada kulit, yang biasanya muncul secara simetris pada anggota tubuh dan biasanya lebih sering terjadi pada anggota tubuh bagian bawah daripada anggota tubuh bagian atas. Frekuensi dan durasi serangan sangat bervariasi, mulai dari beberapa jam hingga beberapa bulan, dan paling sering terjadi pada malam hari, sehingga sangat memengaruhi kualitas tidur pasien.
Beberapa pasien merasa bahwa panas yang dihasilkan saat mengenakan sepatu atau kaus kaki cenderung membuat serangan demam merah lebih sering atau bahkan menyebabkan ketidaknyamanan.
Asal mula demam merah terutama disebabkan oleh neuropatologi dan perubahan mikrovaskular. Pada demam merah primer, hipersensitivitas saraf sensorik mengakibatkan persepsi nyeri yang parah, sementara perubahan mikrovaskular disebabkan oleh respons abnormal sistem saraf simpatik terhadap rangsangan termal. Mutasi pada gen SCN9A dilaporkan memengaruhi fungsi saluran natrium, yang berperan penting dalam persepsi nyeri.
Demam merah sulit didiagnosis dan saat ini belum ada tes khusus. Dokter biasanya perlu membuat diagnosis berdasarkan gejala pasien, riwayat medis, dan beberapa tes tambahan. Kulit pasien mungkin menunjukkan tanda-tanda penurunan kepadatan kapiler selama serangan, yang juga merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai referensi selama proses diagnosis.
Untuk demam merah sekunder, pengobatan yang terkait dengan penyakit primer sangat penting; untuk demam merah primer, penanganan terutama difokuskan pada gejala. Untuk nyeri ringan, dokter biasanya akan merekomendasikan pereda nyeri, seperti aminourea atau pereda nyeri biasa. Untuk gejala yang lebih parah, pereda nyeri yang lebih kuat, seperti opioid, mungkin diperlukan.
Banyak pasien merasa bahwa tindakan pendinginan fisik sederhana, seperti menempatkan area yang terkena di lingkungan yang dingin, cukup membantu dalam menghilangkan nyeri, tetapi harus berhati-hati untuk tidak menempelkan es langsung ke kulit untuk menghindari kerusakan jaringan.
Pasien dengan demam merah sering kali menghadapi penurunan kualitas hidup, yang memengaruhi pekerjaan normal dan aktivitas sosial mereka dan bahkan dapat menyebabkan depresi. Karena pilihan pengobatan untuk penyakit ini masih dieksplorasi, banyak pasien membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menerima diagnosis dan pengobatan yang tepat. Oleh karena itu, lebih banyak kesadaran dan perhatian masih diperlukan dalam komunitas medis untuk meningkatkan kehidupan dan kesehatan pasien dengan penyakit langka tersebut.
Dari patofisiologi demam merah hingga dampaknya terhadap kehidupan pasien, penyakit ini menyoroti hubungan dan interaksi yang kompleks antara panas dan nyeri. Pernahkah Anda bertanya-tanya sejauh mana panas memengaruhi persepsi kita terhadap nyeri dan kualitas hidup?