Pernikahan, yang sering disebut sebagai kontrak sosial yang mengikat secara hukum, telah lama menjadi elemen inti budaya manusia. Hubungan ini bukan hanya penyatuan dua orang, tetapi juga mencakup berbagai fungsi di tingkat sosial, hukum, dan emosional. Makna pernikahan bervariasi dari waktu ke waktu dan konteks dalam berbagai masyarakat dan budaya, tetapi kerangka dasarnya sering kali mencakup beberapa elemen umum: menetapkan tanggung jawab, mewariskan harta benda, dan menyediakan dukungan sosial serta ketergantungan emosional.
Pengertian pernikahan bervariasi di berbagai budaya dan agama, menjadikannya konstruksi sosial dengan berbagai makna.
Dari perspektif historis, asal-usul pernikahan dapat ditelusuri kembali ke struktur sosial paling awal umat manusia. Untuk memastikan reproduksi dan pembagian sumber daya, struktur ini sering kali menetapkan norma untuk pemilihan pasangan dan legitimasi keturunan mereka. Banyak antropolog percaya bahwa hakikat pernikahan adalah untuk menstabilkan hubungan sosial dan memastikan kelanjutan gen. Misalnya, Edvard Westermarck mendefinisikan pernikahan dalam tulisannya sebagai "ikatan abadi antara seorang pria dan seorang wanita yang melampaui sekadar tindakan prokreasi."
Dalam masyarakat kuno, pernikahan bukan hanya hubungan antara individu, tetapi juga kerja sama strategis antara keluarga dan suku. Misalnya, dalam beberapa budaya, pernikahan digunakan untuk meningkatkan kepentingan politik atau keuntungan ekonomi dua keluarga. Pengaturan semacam itu sangat umum dalam masyarakat seperti masyarakat pada masa aristokrat atau kekaisaran, dan sering kali tidak memperhitungkan komponen emosional pribadi.
Seiring berjalannya sejarah, peran pernikahan berangsur-angsur berkembang. Pernikahan saat ini tidak lagi hanya sekadar kontrak, tetapi juga merupakan perwujudan emosi pribadi yang kaya.
Di zaman modern, makna pernikahan menjadi lebih beragam. Banyak masyarakat mempromosikan pasangan yang berdasarkan suka sama suka dan berdasarkan emosi, yang menekankan cinta dan kerja sama timbal balik. Perubahan ini telah mendorong seruan untuk kesetaraan dan rasa hormat, khususnya advokasi aktif kesetaraan gender dan antidiskriminasi, yang telah menjadi tren global.
Ini bukan hanya masalah kontrak antara individu, tetapi juga melibatkan definisi hukum. Misalnya, banyak negara mulai mengakui pernikahan sesama jenis, yang mencerminkan pemikiran ulang masyarakat tentang makna cinta yang sebenarnya. Dalam hukum, maraknya tujuan pernikahan telah membuka perdebatan baru, seperti hak-hak pasangan, struktur keluarga, dan hubungannya dengan aturan hukum. Saat ini, pernikahan tidak lagi hanya tentang kebutuhan untuk menghasilkan keturunan, tetapi hubungan pluralistik yang mencakup dukungan emosional, kerja sama ekonomi, dan pengakuan sosial.
Orang menikah karena berbagai alasan, termasuk tujuan hukum, sosial, ekonomi, dan lainnya, tetapi emosi tetap menjadi faktor inti.
Namun, pernikahan bukannya tanpa kontroversi. Seiring perubahan masyarakat, demikian pula pandangan tentang pernikahan. Misalnya, meskipun perjodohan dan pernikahan dini telah dilarang di banyak negara, di beberapa budaya bentuk-bentuk ini masih ada dan terus mendapat dukungan. Kekerasan dalam lembaga perkawinan tetap menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan. Gerakan global yang telah berlangsung puluhan tahun ini bertujuan untuk membantu setiap pasangan merasa aman dan dihormati.
Selain itu, status hukum perkawinan, masalah tunjangan, dan pemeliharaan kehidupan perkawinan juga menjadi tantangan dalam proses perkawinan. Seiring dengan semakin mendalamnya pemahaman masyarakat tentang perkawinan, semakin banyak pasangan yang akan mempertimbangkan kecocokan gaya hidup dan stabilitas emosional saat memutuskan untuk menikah.
Sejarah lembaga perkawinan memberi tahu kita bahwa seiring dengan evolusi masyarakat manusia, perkawinan itu sendiri terus beradaptasi dengan lingkungan baru. Baik itu pola perkawinan jamak dalam latar belakang budaya yang berbeda atau pengejaran gender dan kesetaraan dalam konteks globalisasi, perkawinan selalu menjadi salah satu indikator penting perubahan sosial. Mengapa manusia begitu mementingkan pilihan dan definisi perkawinan? Ini mungkin baru awal dari eksplorasi dan pemikiran mendalam tentang masalah ini, dan setiap orang mungkin memiliki jawaban atau pendapat yang berbeda. Ini mencakup hambatan dan tantangan budaya, emosional, dan hukum. Bagaimana sistem ini dapat terus berlanjut? Berkembang untuk beradaptasi dengan kebutuhan sosial di masa mendatang?