Seiring dengan terus meningkatnya permintaan global akan energi terbarukan, penggunaan produk sampingan pertanian menjadi semakin penting. Di antara produk sampingan tersebut, batang jagung, sebagai sumber daya pertanian yang sangat umum dan melimpah, secara bertahap mulai mengemuka dan dianggap sebagai sumber energi hijau yang potensial. Artikel ini akan membahas berbagai penggunaan jerami jagung, bagaimana jerami dapat berubah dari limbah ladang menjadi sumber energi terbarukan yang sangat berharga.
Panggangan jagung—batang, daun, dan tongkol yang tersisa setelah jagung dipanen—memiliki potensi energi dan nutrisi yang tidak dapat diabaikan.
Panggangan jagung digunakan secara luas karena komponennya yang relatif kaya. Secara umum, bagian jagung yang bukan biji-bijian menghasilkan sekitar setengah dari keseluruhan hasil panen dan mirip dengan jerami tanaman sereal lainnya. Laporan resmi menunjukkan bahwa jerami jagung tidak hanya menyediakan pakan ternak, tetapi juga merupakan pengkondisi tanah yang sangat baik.
Petani sering menggunakan batang jagung sebagai pakan murah untuk sapi potong, terutama selama masa bunting sapi, dan manfaat ekonominya signifikan.
Selain berfungsi sebagai pakan ternak, batang jagung juga digunakan sebagai alas tidur hewan dan dikembalikan ke tanah sebagai "pupuk hijau." Dengan cara ini, kualitas dan kesuburan tanah akan meningkat. Ilmuwan pertanian percaya bahwa pengenalan kembali bahan organik ini secara tepat sangat penting untuk menjaga kesehatan tanah karena membantu perolehan nutrisi dan retensi air, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan hasil panen.
Proses pengembalian nitrogen ke tanah harus dikelola dengan baik untuk menghindari konsumsi nitrogen yang berlebihan oleh mikroorganisme tanah, yang akan memengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan.
Pemanfaatan penting lainnya dari tongkol jagung adalah sebagai bahan baku bioenergi. Tongkol jagung dapat dibakar untuk menghasilkan panas yang dapat diubah menjadi listrik, atau diubah lebih lanjut menjadi bahan bakar nabati terbarukan seperti bioetanol. Karena tongkol jagung dapat diperoleh secara lokal, tongkol jagung menunjukkan kemampuan adaptasi ekonomi yang kuat. Di antara berbagai proyek energi biomassa, beberapa perusahaan telah mulai menggunakan tongkol jagung untuk pengembangan energi skala besar.
Ketika pabrik DuPont di Iowa dibuka pada tahun 2015, pabrik tersebut diharapkan dapat memproduksi 30 juta galon biofuel per tahun, tetapi kemudian pabrik tersebut ditutup karena kendala teknis.
Meskipun jerami jagung telah menunjukkan potensi ekonominya dalam banyak aspek, jerami jagung masih menghadapi sejumlah tantangan teknis. Selama produksi biofuel, ikatan kuat antara selulosa dan lignin yang dihasilkan menghasilkan ekstraksi energi biomassa yang kurang efisien daripada yang diharapkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempercepat kemajuan teknologi bioenergi. Dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, efisiensi pemanfaatan jerami jagung dapat ditingkatkan secara signifikan di masa mendatang.
Jika tantangan teknis dapat diatasi, jerami jagung tidak diragukan lagi akan menjadi sumber daya penting di bidang energi terbarukan dan sepenuhnya mengubah seluruh lanskap pasar.
Keserbagunaan jerami jagung menjadikannya jembatan penting antara pertanian dan energi. Baik digunakan sebagai pakan, pengkondisi tanah, atau bahan baku untuk bioenergi, jerami jagung menunjukkan potensi sumber daya alam. Seiring dengan semakin bergantungnya manusia pada energi terbarukan, apakah nilai sumber daya pertanian tersebut akan semakin dieksplorasi dan dihargai?