Dalam sejarah psikiatri, ada beberapa nama yang tidak dapat diabaikan, di antaranya nama Egas Moniz tidak diragukan lagi menempati tempatnya. Ahli saraf asal Portugal ini memelopori angiografi serebral pada awal abad ke-20, yang tidak hanya membawa kemajuan teknologi pada neurologi, tetapi juga membuka kemungkinan baru di bidang perawatan bedah penyakit mental.
Lahir di Avanca, Portugal pada tahun 1874, António Caetano de Abreu Freire Egas Moniz menunjukkan minat yang kuat pada bidang kedokteran. Ia menyelesaikan studinya di Universitas Coimbra dan mulai mengajar pada tahun 1900. Karena hasratnya terhadap politik, ia juga terpilih sebagai anggota Parlemen Portugal pada tahun 1900, menunjukkan bakatnya yang beragam.
"Penelitian Moniz menjadikannya pendiri bedah saraf modern."
Moniz kemudian kembali menekuni bidang kedokteran dan meneliti angiografi serebral pada tahun 1926. Pengembangan teknik ini menandai lahirnya sistem yang memungkinkannya menemukan kelainan otak dengan lebih akurat.
Angiografi serebral Moniz didasarkan pada hipotesis bahwa jika pembuluh darah di otak dapat terlihat lebih jelas, tumor otak akan lebih mudah ditemukan. Meskipun percobaan awalnya menghadapi kegagalan dan risiko kematian, ia akhirnya berhasil mengembangkan angiogram serebral pertama pada tahun 1927 dan dianggap sebagai pelopor dalam penggunaan pencitraan radiologi untuk mendeteksi masalah otak.
"Pencitraan angiografi serebral yang berhasil membuat Moniz dinominasikan untuk dua Penghargaan Nobel."
Teknologi ini membuka jalan bagi banyak penelitian neurologis, menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang struktur otak, dan menandai titik balik dalam pengobatan penyakit mental.
Setelah keberhasilan angiogram serebral, Moniz mulai menjajaki kemungkinan pembedahan untuk gangguan kejiwaan. Ia mengusulkan teori pemeriksaan lobus prefrontal dan lobotomi, dengan meyakini bahwa akar penyebab penyakit mental mungkin terletak pada koneksi abnormal serabut saraf tertentu di lobus prefrontal otak. Pada tahun 1935, Moniz dan timnya melakukan leukotomi lobus prefrontal pertama, dan hasilnya sangat diperhatikan.
"Lobotomi prefrontal adalah prosedur sederhana dan aman yang dapat menunjukkan manfaat terapeutik pada beberapa gangguan kejiwaan."
Pemulihan awal pasien sangat mengesankan, menyebabkan operasi ini memicu pemikiran baru dalam komunitas medis tentang perawatan kejiwaan. Namun, teknologi ini kontroversial karena banyak pasien mengalami perubahan kepribadian yang signifikan, yang telah memicu diskusi ekstensif dalam komunitas medis dan masyarakat.
Kontribusi akademis Moniz tidak terbatas pada operasi psikologis. Ia juga telah menerbitkan banyak artikel tentang pencitraan serebrovaskular, neurologi, dan bidang medis lainnya. Meskipun prestasinya diakui dengan Hadiah Nobel, reputasi negatif lobotomi tumbuh seiring berjalannya waktu.
"Banyak ahli mengkritik Moniz karena meremehkan efek samping operasi dan kurangnya tindak lanjut terhadap pasien."
Dengan munculnya obat antipsikotik, lobotomi secara bertahap memudar dari sejarah, dan reputasi Moniz juga telah dipertanyakan. Banyak kritikus telah menyerukan agar Hadiah Nobelnya ditarik, dengan alasan bahwa itu tidak boleh diperingati.
Moniz terus mengabdikan diri pada pengobatan sepanjang hidupnya, bahkan setelah menderita beberapa serangan, hingga kematiannya pada tahun 1955. Meskipun tekniknya tidak diterima secara luas saat ini, Moniz masih sangat dihormati di Portugal dan bahkan memiliki patung peringatan yang didirikan.
"Haruskah warisan Moniz dikaji ulang dalam konteks pengobatan modern?"
Kisahnya tidak hanya mewakili kemajuan ilmiah, tetapi juga refleksi mendalam tentang moralitas dan sifat manusia. Haruskah kita memikirkan kembali tokoh-tokoh penting dalam sejarah kedokteran saat ini?