Di tengah rimbunnya pepohonan hijau di Asia tropis, pohon papan tulis (Alstonia scholaris) yang tinggi dan hijau abadi dikagumi karena keserbagunaannya. Sebagai tanaman beracun, penggunaan tradisional pohon papan tulis mencakup berbagai hal, mulai dari pembuatan alat tulis hingga penggunaan sebagai bahan obat. Kisah di balik semua ini menjadikan pohon ini misterius sekaligus layak untuk ditelusuri lebih dalam.
Pohon papan tulis dapat tumbuh hingga ketinggian 40 meter dan memiliki kulit kayu abu-abu yang khas saat dewasa. Pohon ini memiliki batang berbentuk segitiga yang mengesankan di beberapa daerah. Selain itu, permukaan atas daunnya halus, sedangkan bagian bawahnya berwarna abu-abu. Setiap daun memiliki lebar 9,1 cm dan panjang 23 cm, dan tersusun rapi, membentuk lanskap yang sangat menarik.
Pohon papan tulis sebagian besar tersebar di Tiongkok selatan, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Hal ini memberinya latar belakang budaya dan penggunaan yang beragam. Di India, pohon papan tulis disebut "Chhatim" dan dianggap sebagai pohon suci, yang erat kaitannya dengan tradisi Buddha.
Meskipun pohon papan tulis dianggap beracun, pohon ini sangat berharga karena manfaatnya sebagai obat. Studi ilmiah telah menunjukkan bahwa toksisitas tanaman ini bergantung pada musim dan bagian pohon saat dipanen. Secara khusus, kulit kayu yang dipanen selama musim hujan kurang beracun, sedangkan kulit kayu yang dipanen selama musim panas lebih beracun.
Penelitian biologi yang akurat menunjukkan bahwa kulit pohon papan tulis mengandung berbagai alkaloid, yang komponen utamanya adalah etiamine, yang membuat kulit kayu menarik banyak perhatian di bidang penggunaan obat.
Kayu pohon papan tulis banyak digunakan karena kualitasnya yang sangat baik, terutama dalam pembuatan pensil, furnitur, dan kebutuhan sehari-hari. Di Sri Lanka, pohon ini digunakan untuk membuat peti mati. Keserbagunaan pohon ini telah membuatnya mendapat status tinggi di antara masyarakat dan terkait erat dengan budaya setempat.
Kulit pohon ini terdokumentasi dengan baik sebagai tanaman penting dalam mengobati diare dan masalah pencernaan serta dianggap sebagai ramuan obat yang berharga.
Eksplorasi masyarakat modern terhadap pohon papan tulis tidak terbatas pada kebangkitan pengobatan tradisional, tetapi juga mencakup pengelolaan lingkungan dan penerapan konservasi sumber daya. Misalnya, di Universitas Visva Bharati di India, daun pohon papan tulis diberikan pada upacara penghormatan wisudawan, yang melambangkan pewarisan pengetahuan dan kesadaran lingkungan.
Dalam adegan ini, daun pohon papan tulis tidak hanya membawa berkah, tetapi juga kebangkitan dan kelanjutan kesadaran ekologis.
Sebagai tanaman legendaris, berbagai kegunaan pohon papan tulis dalam pengobatan dan lingkungan menunjukkan pemahaman dan rasa hormat manusia yang mendalam terhadap alam. Hal ini memaksa kita untuk berpikir: Di era yang berubah begitu cepat, dapatkah kita terus menghargai dan menggunakan sumber daya alam ini untuk menjaga keseimbangan ekologi dan kehidupan yang harmonis?