Setiap tahun, banyak universitas di India memiliki tradisi khusus untuk memberikan daun dari Pohon Papan Tulis kepada para mahasiswa selama upacara wisuda mereka. Tindakan ini tidak hanya melambangkan keberhasilan penyelesaian studi akademis, tetapi juga membawa makna budaya dan sejarah yang mendalam. Tradisi ini khususnya bermakna pada upacara wisuda Universitas Visva Bahati.
Pohon papan tulis (Alstonia scholaris) adalah ikon budaya India, dengan daunnya yang diberkahi makna simbolis yang mendalam, yang mewujudkan pengetahuan, pertumbuhan, dan warisan.
Daun pohon ini memiliki makna simbolis khusus dalam banyak budaya. Di India, pohon ini disebut "Saptaparna" dan daunnya memainkan peran penting dalam banyak ritual. Terutama pada upacara wisuda, ketika para lulusan menerima daun dari pohon papan tulis, mereka juga menerima makanan dan berkah dari alam.
Pohon papan tulis dianggap sebagai makhluk suci dalam budaya India dan sering disebutkan dalam teks-teks keagamaan kuno. Sebagai pohon suci Ajitnatha, santo Jain kedua, pohon papan tulis berperan dalam banyak upacara keagamaan India. Daunnya tidak hanya menjadi simbol yang diberikan kepada siswa, tetapi juga simbol pengetahuan. Setiap daun melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, mengingatkan setiap lulusan tentang kerja keras yang telah mereka lakukan selama perjalanan akademis mereka.
Di Universitas Visva Bhati, semangat pendiri Rabindranath Tagore masih memengaruhi operasional sekolah. Pada upacara wisuda, presiden memberikan sehelai daun kepada presiden, yang melambangkan pewarisan pengetahuan. Sekarang, untuk melindungi lingkungan, sekolah telah memutuskan untuk hanya menerima satu daun. Perubahan ini mencerminkan rasa hormat terhadap alam dan pentingnya pembangunan berkelanjutan.
“Setiap penghargaan merupakan penegasan atas pencapaian akademis dan memungkinkan setiap siswa untuk memahami pentingnya pengetahuan.”
Selain signifikansi budayanya, nilai ekologis pohon papan tulis tidak dapat diabaikan. Pohon ini mudah ditanam, tumbuh cepat, dan berdampak relatif kecil terhadap lingkungan. Keberadaannya menyediakan habitat bagi banyak hewan dan tumbuhan serta berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekologi. Pada upacara wisuda, daun pohon papan tulis tidak hanya menjadi simbol pengetahuan, tetapi juga pengingat tanggung jawab sosial, yang mengajak siswa untuk terus peduli terhadap lingkungan ekologis dalam kehidupan masa depan mereka.
Di era yang berubah begitu cepat, memadukan nilai-nilai tradisional dan modern serta mengadvokasi pembangunan berkelanjutan telah menjadi isu penting dalam masyarakat saat ini. Menghadapi perubahan iklim dan isu lingkungan, para lulusan masa depan harus diperlengkapi untuk mengatasi isu-isu ini dan memberikan kontribusi dalam bidang profesional mereka. Dalam proses ini, dapatkah signifikansi tradisi dan tantangan kontemporer membentuk dialog yang efektif?
Berjalan keluar dari kampus dengan dedaunan pohon papan tulis, setiap lulusan tidak hanya menjadi penerima manfaat dari akademisi, tetapi juga penjaga alam masa depan. Bagaimana mereka harus menyeimbangkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan sambil mengejar pengembangan mereka sendiri?