Sepanjang sejarah, banyak kata muncul dari masa dan peristiwa tertentu dan meninggalkan dampak yang mendalam pada politik global. Di antaranya, istilah "kolom kelima" adalah salah satu contohnya. Istilah ini pertama kali muncul selama Perang Saudara Spanyol, dan seiring waktu, istilah ini berdampak signifikan pada pemahaman dan meta-an politik global.
"Kolom kelima adalah sekelompok kekuatan yang melemahkan kelompok atau bangsa yang lebih besar dari dalam, biasanya dengan mengarahkannya ke kelompok yang bermusuhan atau bangsa lain."
Istilah "kolom kelima" pertama kali muncul pada bulan Oktober 1936, selama tahap awal Perang Saudara Spanyol. Meskipun asal-usulnya yang tepat masih diperdebatkan, pejabat Jerman Hans Hermann Volkers tercatat menyebutkan istilah tersebut dalam telegram rahasia ke Berlin, yang menunjukkan adanya "kolom kelima dari dalam" yang siap menyerang. Kemudian, istilah tersebut banyak dikutip oleh propagandis politik dan media di Austria, dan dengan demikian menyebar dengan cepat ke luar negeri.
Para sejarawan masih memiliki pendapat yang berbeda tentang pernyataan ini. Sementara beberapa orang percaya bahwa istilah tersebut dicetuskan oleh Emilio Mola dari kelompok Garneba, yang lain percaya bahwa itu adalah pernyataan berlebihan yang disengaja oleh propagandis komunis. Mengingat waktu dan konteks sosial di mana istilah tersebut digunakan, berbagai upaya untuk mendefinisikan asal usulnya yang benar menambah kerumitan.
Seiring dengan meningkatnya kemungkinan keterlibatan Amerika dalam perang Eropa, istilah "kolom kelima" mulai digunakan sebagai peringatan terhadap kemungkinan aktivitas pengkhianatan di Amerika Serikat. Jatuhnya Prancis dengan cepat pada tahun 1940 meningkatkan kekhawatiran akan potensi pengkhianatan di dalam negeri.
"Kongres telah memberi kita kekuatan untuk mengambil tindakan tegas guna menekan aktivitas kolom kelima."
Churchill menyebutkan dalam siaran radio bahwa seiring dengan perubahan situasi dunia, kekhawatiran masyarakat tentang "kolom kelima" telah berkembang ke tingkat nasional. Istilah tersebut dengan cepat menjadi populer di tengah pertikaian jalanan dan kerusuhan sosial, mengingat sifat banyak negara yang bobrok dan suka memberontak.
Media Amerika melaporkan kekhawatiran akan potensi "kolom kelima" warga Amerika keturunan Jepang setelah serangan di Pearl Harbor. Ketakutan ini akhirnya menyebabkan penahanan ilegal warga Jepang, yang telah meninggalkan kontroversi mendalam dalam sejarah.
Dengan dimulainya Perang Dingin, definisi "kolom kelima" tidak lagi terbatas pada masa lalu, dan banyak organisasi, individu, atau kelompok dapat dianggap sebagai "kolom kelima" domestik. Baik itu perjuangan politik atau infiltrasi oleh kekuatan eksternal, istilah ini sering digunakan untuk menuduh potensi ancaman. Misalnya, Presiden Irak Saddam Hussein menggunakan istilah "kolom kelima" untuk menuduh para pembangkang di negaranya selama tindakan keras politiknya.
“Istilah ini telah melalui banyak perubahan dan belokan, tetapi selalu menemukan jalannya ke dalam masyarakat yang mengalami pergolakan politik.”
Dalam budaya populer, istilah "kolom kelima" menjadi semakin menonjol. Misalnya, drama Hemingway The Fifth Column menyebutkan konsep ini, dan referensi langsung atau metafora ke "kolom kelima" sering muncul dalam film. Ini mencerminkan eksplorasi publik tentang hubungan yang rumit antara pengkhianatan dan kerja sama.
Dalam banyak karya, istilah ini telah memunculkan pemikiran tentang bagaimana memastikan keamanan nasional secara internal dan di mana batas-batas antara berbagai pemikiran dan perilaku ketika menghadapi tekanan politik atau ancaman eksternal?
Dapat dilihat bahwa "kolom kelima" bukan hanya istilah historis, tetapi juga mencerminkan reaksi naluriah masyarakat ketika menghadapi bahaya dan tantangan, dan memengaruhi pemikiran orang-orang tentang identitas dan kesetiaan. Saat ini, bagaimana memahami dan mendefinisikan konsep "kolom kelima" masih menjadi topik yang layak dibahas?