Gagasan filsuf Yunani kuno Aristoteles memiliki pengaruh yang mendalam pada psikologi modern, khususnya pada konsep kebahagiaan. Dalam bukunya "Nicomachean Ethics", ia membahas kata "kebahagiaan" (Eudaimonia), yang sangat sesuai dengan konsep psikologi positif saat ini. Berikut ini adalah analisis mendalam tentang pendekatan Aristoteles terhadap kebahagiaan dan bagaimana pendekatan tersebut menginspirasi penelitian psikologi modern.
Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan adalah tujuan akhir. Kebahagiaan bukan hanya perasaan yang menyenangkan, tetapi juga keadaan yang langgeng yang terkait dengan makna dan nilai kehidupan.
Dalam pandangan Aristoteles, kebahagiaan sejati berasal dari mengejar kebajikan dan menjalani kehidupan yang rasional. Ia menekankan pentingnya moderasi, yaitu menemukan keseimbangan antara kelebihan dan kekurangan untuk mencapai kebahagiaan sejati. Gagasannya ini mengilhami pengembangan teori-teori psikologi selanjutnya, khususnya psikologi positif.
Psikologi positif, sebagai bidang psikologi yang sedang berkembang, diusulkan oleh Martin Seligman pada tahun 1998. Psikologi positif berfokus pada eksplorasi kebahagiaan, kepuasan, dan fungsi manusia yang optimal, daripada hanya berfokus pada penyakit mental. Premis dasarnya adalah bahwa meningkatkan kebahagiaan manusia merupakan tujuan penting psikologi.
Psikologi positif berfokus pada tiga isu utama: emosi positif, sifat pribadi positif, dan agensi positif.
Psikologi positif mempelajari segala hal mulai dari emosi pribadi dan hubungan sosial hingga banyak faktor internal dan eksternal yang meningkatkan kebahagiaan, seperti keluarga, teman, dan aktivitas sosial. Seligman mengusulkan model "PERMA", yang mencakup lima faktor yang meningkatkan kebahagiaan: Emosi Positif, Keterlibatan, Hubungan, Makna, dan Pencapaian. Model ini melengkapi gagasan Aristoteles dan menekankan multidimensi kebahagiaan.
Penekanan Aristoteles pada kebajikan memiliki pengaruh penting pada penelitian psikologi modern tentang karakteristik dan kekuatan pribadi. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki hubungan tertentu, sifat pribadi, dan dukungan sosial dapat secara signifikan meningkatkan kebahagiaan manusia. Inilah yang coba dieksplorasi oleh psikologi positif.
Psikologi positif memiliki penerapan praktis di banyak bidang seperti pendidikan, tempat kerja, pengembangan sosial, dan perawatan kesehatan mental.
Di bidang pendidikan, sekolah mulai memperhatikan pendidikan emosional siswa, yang tidak hanya bermanfaat bagi kinerja akademis siswa, tetapi juga meningkatkan kesehatan mental mereka. Melalui desain kurikulum, siswa didorong untuk membangun hubungan sosial yang positif dan mengeksplorasi potensi mereka, yang merupakan cara penting untuk meningkatkan kebahagiaan. Di tempat kerja, penerapan psikologi positif juga memainkan peran penting, membantu perusahaan meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas karyawan, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang baik.
Menurut penelitian psikologi positif, orang yang memiliki rasa makna dalam hidup akan memiliki kebahagiaan keseluruhan yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki rasa makna. Hal ini terkait erat dengan "praktik moral" yang disebutkan oleh Aristoteles. Orang lebih terlibat dan puas saat mengejar tujuan tingkat tinggi, yang merupakan salah satu alasan penting untuk meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan.
Singkatnya, pendekatan Aristoteles terhadap kebahagiaan memberikan perspektif baru tentang kebahagiaan manusia dan meletakkan dasar teoritis untuk eksplorasi psikologi modern, khususnya psikologi positif. Melalui studi tentang emosi positif, pembentukan sifat pribadi, dan hubungan sosialnya, kita tidak hanya dapat memahami hakikat kebahagiaan, tetapi juga meningkatkan makna dan kepuasan hidup dalam praktik. Jadi, bagaimana Anda memandang pengejaran dan definisi kebahagiaan Anda?