Kanker paru-paru, sebagai salah satu kanker dengan angka kematian tertinggi di dunia, melibatkan banyak jenis histologis yang berbeda. Di antaranya, kanker paru sel skuamosa (SCC) telah mendapat perhatian khusus karena karakteristiknya yang khas dan hubungannya yang erat dengan kebiasaan merokok. Dari gejala klinis hingga mekanisme molekuler, hubungan antara perkembangan kanker ini dan penggunaan produk tembakau telah memicu diskusi luas di komunitas medis.
Kanker paru sel skuamosa menempati urutan kedua di antara kanker paru-paru. Kanker ini terutama berasal dari bronkus. Sel tumornya tampak skuamosa, mirip dengan sel epidermis.
Kanker paru sel skuamosa memiliki banyak gejala umum yang sama dengan jenis kanker paru lainnya, termasuk batuk terus-menerus, batuk berdarah, nyeri dada, sesak napas, dan penurunan berat badan. Saat tumor tumbuh dan menyebar, pasien mungkin menderita gejala seperti kesulitan menelan karena tekanan pada kerongkongan, perubahan suara, atau edema wajah.
Gejala-gejala ini sering kali disebabkan oleh invasi tumor atau kompresi struktur toraks di sekitarnya.
Kanker paru sel skuamosa berkaitan erat dengan riwayat merokok. Menurut data dari Nurses' Health Study, perokok memiliki risiko relatif yang jauh lebih tinggi untuk mengembangkan kanker paru sel skuamosa daripada mereka yang tidak pernah merokok. Seiring bertambahnya jumlah tahun merokok, risikonya pun meningkat secara signifikan.
Misalnya, orang yang telah merokok selama lebih dari 40 tahun memiliki risiko relatif hampir 22, yang menunjukkan dampak fatal dari merokok terhadap perkembangan kanker ini.
Kanker paru sel skuamosa sering kali berasal dari bagian tengah bronkus utama dan menyebar ke kelenjar getah bening regional pada tahap awal. Namun, metastasis di luar dada biasanya bersifat tertunda dibandingkan dengan jenis kanker paru lainnya. Perkembangan tumor ini sering kali disertai dengan skuamasi atau proliferasi epitel yang tidak normal.
Studi besar seperti The Cancer Genome Atlas (TCGA) telah secara sistematis mengkarakterisasi mutasi somatik berulang yang mendorong inisiasi dan perkembangan kanker paru sel skuamosa.
Kanker paru sel skuamosa adalah jenis tumor yang paling banyak bermutasi karena merokok merupakan faktor mutagenik yang kuat. Dibandingkan dengan banyak jenis kanker paru lainnya, mutasi yang menonaktifkan beberapa gen penekan tumor pada kanker paru sel skuamosa berkaitan erat dengan perkembangan tumor.
Misalnya, gen TP53 bermutasi pada 81% kasus, dan mutasi tambahan pada gen pemicu kanker seperti PIK3CA dan NFE2L2 juga telah ditemukan.
Studi terkini menunjukkan bahwa terdapat subtipe ekspresi mRNA empat warna pada kanker paru sel skuamosa, yang dapat menjadi dasar untuk perawatan yang dipersonalisasi.
Kanker paru sel skuamosa stadium awal sering kali tidak memiliki gejala yang jelas dan mungkin hanya ditemukan secara kebetulan selama pemeriksaan pencitraan. Saat penyakit berkembang, ketika tumor mulai menyumbat lumen bronkus utama, pasien dapat mengalami gejala seperti atelektasis atau infeksi.
Diagnosis biasanya memerlukan biopsi paru-paru, dan dalam pengujian sitologi, biasanya ditemukan sel-sel abnormal.
Pengobatan untuk kanker paru-paru sel skuamosa bervariasi dan bergantung pada stadium kanker, kemampuan reseksinya, dan perubahan genetik yang didapat oleh tumor individu. Pengobatan untuk kanker paru-paru sel skuamosa stadium awal biasanya melibatkan pembedahan, kemoterapi, atau terapi radiasi, sementara kasus lanjut memerlukan terapi sistemik dengan tujuan remisi.
Imunoterapi telah menunjukkan hasil yang baik pada kanker paru-paru non-sel kecil, di antaranya obat anti-PD-1 nivolumab telah disetujui oleh badan regulasi medis AS untuk pengobatan kanker paru-paru sel skuamosa.
Pada tahun 2012, kanker paru sel skuamosa menyumbang 22,6% dari semua kasus kanker paru. Proporsi ini menurun dari tahun ke tahun seiring dengan menurunnya angka merokok. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 91% kanker paru sel skuamosa terkait dengan merokok, dan tingkat kejadian pada pria lebih tinggi daripada pada wanita.
Jadi, di masyarakat saat ini, dengan penerapan kebijakan anti-merokok, apakah kejadian kanker paru sel skuamosa akan terus menurun?