Dalam lingkungan ketidakpastian ekonomi, investor akan menghadapi fluktuasi yang lebih sering dan parah, yang membuat konsep premi risiko menjadi sangat penting. Premi risiko adalah pengembalian yang dibutuhkan oleh investor untuk menanggung risiko tambahan, dan biasanya dipandang sebagai perbedaan antara pengembalian risiko yang diharapkan dan pengembalian bebas risiko. Ketika lingkungan ekonomi menjadi tidak stabil, Bank Sentral AS dan bank sentral lainnya dapat mengubah kebijakan moneter mereka, yang selanjutnya memengaruhi sentimen pasar dan keputusan investasi.
Premi risiko biasanya meningkat selama resesi karena investor menjadi lebih menghindari risiko.
Ketika dihadapkan dengan kondisi pasar yang tidak pasti, investor cenderung menuntut pengembalian yang lebih tinggi untuk mengimbangi potensi risiko kerugian. Misalnya, sebuah studi di Korea Selatan menemukan bahwa ketika volatilitas pasar meningkat, investor hidup dengan keraguan dan kegelisahan, dan penilaian mereka terhadap risiko meningkat secara signifikan. Ini berarti bahwa bahkan aset tradisional mungkin menghadapi premi risiko yang lebih tinggi.
Seperti banyak dinamika pasar, premi risiko dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan.
Pasokan modal di pasar biasanya berfluktuasi seiring perubahan kondisi ekonomi. Misalnya, selama periode pertumbuhan ekonomi, kepercayaan bisnis dan investor dapat membuat orang lebih toleran terhadap pengambilan risiko, yang menyebabkan premi risiko turun. Namun dalam resesi, ketika pasokan modal menurun, premi risiko pasti naik karena investor menjadi lebih sensitif terhadap potensi kerugian.
Pengamatan lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa premi risiko berperilaku berbeda di seluruh kelas aset. Misalnya, premi risiko untuk saham biasanya akan lebih tinggi daripada obligasi karena pasar saham membawa risiko lebih besar daripada pasar obligasi. Selama periode ketidakpastian ekonomi dan kinerja perusahaan yang buruk, pasokan premi risiko di pasar saham meningkat secara signifikan karena lebih banyak investor memilih untuk mengalihkan dana ke aset berisiko rendah.
Perubahan premi risiko dari berbagai kelas aset sangat kompetitif satu sama lain.
Perubahan suku bunga juga dapat berdampak signifikan pada premi risiko. Ketika bank sentral menurunkan suku bunga untuk menstimulasi ekonomi, imbal hasil aset bebas risiko turun, yang cenderung mendorong investor untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi pada aset yang lebih berisiko, sehingga mengurangi premi risiko dalam jangka pendek. Namun, ketika ketidakpastian meningkat, investor dapat kembali ke aset yang lebih aman, yang akan menyebabkan premi risiko naik lagi.
Selain itu, krisis ekonomi dan keruntuhan pasar juga dapat secara langsung memengaruhi dinamika premi risiko. Peristiwa historis, seperti krisis keuangan 2008, merupakan indikator penting sentimen pasar dan selera risiko. Selama krisis, kepanikan dan kecemasan investor mendorong mereka untuk menuntut premi risiko yang lebih tinggi, sebuah fenomena yang sering terulang dalam keadaan ekonomi yang sulit.
Pada titik ini, perubahan premi risiko telah menjadi barometer psikologi investor.
Premi risiko juga dapat bervariasi di antara pasar geografis yang berbeda. Di pasar berkembang, dibandingkan dengan pasar yang sudah matang, karena ketidakpastian dan risiko institusional yang lebih tinggi, investor umumnya menuntut premi risiko yang lebih tinggi untuk mengimbangi risiko lain yang mereka hadapi. Hal ini mengharuskan aset di negara berkembang untuk memberikan pengembalian yang lebih kompetitif saat menarik investasi asing.
Singkatnya, premi risiko merupakan indikator yang sangat penting karena ketidakpastian ekonomi meningkat. Perubahannya tidak hanya dapat mencerminkan preferensi risiko dan sentimen pasar dari para pelaku pasar, tetapi juga memberi investor petunjuk pasar yang kuat. Di masa mendatang, ketika dunia menghadapi lebih banyak perubahan, bagaimana premi risiko akan terus memengaruhi strategi investasi?