LSD (lysergic acid diethylamide) adalah obat psikedelik kuat yang sangat meningkatkan kemampuan berpikir, emosi, dan persepsi sensorik. Sering disebut sebagai "asam" atau "lucy," obat ini dapat menimbulkan pengalaman mistis, spiritual, atau religius. Dalam dosis yang lebih tinggi, LSD terutama menyebabkan halusinasi visual dan pendengaran. Meskipun LSD tidak dianggap sebagai zat adiktif, penggunaan obat ini tetap dapat menyebabkan reaksi psikologis yang merugikan seperti kecemasan, paranoia, dan disorientasi.
"Penggunaan LSD dapat menyebabkan distorsi visual yang terus-menerus atau yang disebut 'kilas balik', yang menyebabkan individu mengalami halusinasi serupa setelah penggunaan."
Efek LSD biasanya mulai dalam waktu 30 menit setelah pemberian oral dan dapat bertahan hingga 20 jam, dengan sebagian besar "perjalanan" berlangsung antara sekitar 8 dan 12 jam. Obat ini disintesis dari asam lisergat dan biasanya diberikan kepada pengguna dalam bentuk yang dapat dihirup (seperti tablet kertas).
LSD umumnya digunakan sebagai obat rekreasi, yang memungkinkan pengguna mengalami persepsi sensorik dan kondisi psikologis yang tidak biasa.
LSD juga dianggap sebagai obat spiritual yang dapat memicu pengalaman spiritual yang intens. Beberapa pengguna melaporkan mengalami perpecahan pikiran-tubuh-jiwa. Pada tahun 1966, Timothy Leary mendirikan League for Spiritual Discovery, yang menganggap LSD sebagai persembahan sucinya.
LSD saat ini tidak disetujui untuk penggunaan medis, tetapi beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa satu dosis LSD mungkin efektif dalam mengurangi keinginan untuk minum alkohol. Hasilnya untuk depresi dan kecemasan juga cukup positif.
LSD dapat menyebabkan efek fisik seperti pupil melebar, kehilangan nafsu makan, dan keringat berlebih. Reaksi fisik ini bervariasi, dan beberapa mungkin disebabkan oleh efek mentalnya. Gejala umumnya meliputi peningkatan suhu tubuh, gula darah dan detak jantung, serta menggigil.
Efek psikologis langsung dari penggunaan LSD adalah halusinasi semu visual dan pikiran abnormal, yang sering disebut sebagai "trip". Perubahan sensorik ini dianggap sebagai halusinasi semu karena subjek tidak menganggap pola yang mereka lihat berada di ruang tiga dimensi di luar tubuh mereka.
"Banyak pengguna melaporkan mengalami perjalanan yang menyenangkan seperti kegembiraan, kebahagiaan, pencerahan spiritual, dan peningkatan apresiasi terhadap kehidupan."
Namun, pengalaman negatif, yang umumnya dikenal sebagai "perjalanan yang buruk", dapat menyebabkan emosi seperti ketakutan, mudah tersinggung, kecemasan, dan paranoia. Terjadinya perjalanan yang buruk tidak dapat diprediksi. Emosi, lingkungan, tidur, hidrasi, dan suasana sosial semuanya merupakan faktor yang memengaruhi.
LSD dapat menimbulkan pengalaman sensorik yang hidup, yang memengaruhi indra, emosi, ingatan, waktu, dan kesadaran. Efek ini berlangsung sekitar 6 hingga 20 jam, dan durasinya bergantung pada dosis dan toleransi pribadi.
LSD dianggap aman secara fisiologis dalam dosis standar (50–200 μg), dengan risiko utama berupa efek psikologis daripada bahaya fisik. Meskipun LSD kurang berisiko dibandingkan alkohol, LSD tetap harus digunakan dengan hati-hati.
Bagi orang dengan masalah kesehatan mental yang serius, LSD dapat memicu kecemasan atau serangan panik. Meskipun depresi dan masalah penyalahgunaan zat lebih jarang terjadi di antara pengguna psikedelik, LSD dapat memicu psikosis pada individu yang rentan terhadapnya.
Beberapa obat psikedelik, termasuk LSD, dapat berinteraksi dengan obat lain, khususnya antidepresan SSRI, yang berpotensi meningkatkan risiko sindrom serotonin.
Ringkasan"Penggunaan LSD jangka panjang telah dikaitkan dengan reaksi psikologis tertentu, seperti kilas balik dan efek psikologis yang bertahan lama."
LSD bekerja sangat berbeda dari pengobatan obat tradisional, dan meskipun efeknya pada sintesis kimia dan fisiologi manusia jelas, masih banyak ketidakpastian. Hal ini telah mendorong para ilmuwan untuk mengeksplorasi potensi aplikasi medisnya dan dampaknya terhadap pembentukan sosial, emosional, dan persepsi otak. Apakah kita siap menerima wahyu dan tantangan yang dibawa oleh potensi ilusi ini?