Dalam komunitas kimia, kalium sianida (KCN) merupakan zat yang sangat memprihatinkan. Meskipun garam tak berwarna ini tampak mirip dengan gula, toksisitasnya sangat mengerikan. Kalium sianida banyak digunakan dalam penambangan emas, sintesis jaringan, pelapisan listrik, dan bidang lainnya, sehingga berperan penting dalam kimia modern.
Penggunaan utama kalium sianida meliputi penambangan emas, sintesis kimia, dan pembuatan perhiasan, tetapi toksisitas zat tersebut mengharuskan kehati-hatian yang ekstrem dalam penggunaannya.
Proses produksi kalium sianida terutama melibatkan reaksi asam hidrosianida dengan larutan kalium hidroksida berair, dan kemudian menguapkan larutan tersebut dalam vakum. Sekitar 50.000 ton kalium sianida diproduksi secara global setiap tahun. Di laboratorium, biasanya diproduksi dengan melewatkan asam hidrosianida melalui larutan alkohol yang mengandung kalium alkali, karena kristal kalium sianida tidak mudah larut dalam alkohol.
Dalam larutan berair, kalium sianida terurai menjadi ion kalium (K+) terhidrasi dan ion sianida (CN−). Sebagai padatan, KCN memiliki struktur yang mirip dengan natrium klorida, dengan setiap ion kalium dikelilingi oleh enam ion sianida, dan sebaliknya. Meskipun ion sianida bersifat diatomik dan memiliki simetri yang relatif rendah, bentuknya yang dirata-ratakan terhadap waktu adalah bulat karena rotasinya yang cepat.
Selama proses penambangan emas, kalium sianida dapat bereaksi dengan emas metalik untuk membentuk timbal-emas sianida yang larut dalam air, yang membuat ekstraksi emas lebih efisien. Seluruh proses reaksi biasanya memerlukan partisipasi oksigen dan air. Rinciannya adalah sebagai berikut:
4 Au + 8 KCN + O2 + 2 H2O → 4 K[Au(CN)2] + 4 KOH
Jenis reaksi kimia ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pemulihan emas, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan. Oleh karena itu, kalium sianida dianggap sebagai bahan yang sangat diperlukan dalam penambangan emas.
Meskipun kalium sianida memiliki aplikasi industri yang luas, toksisitasnya yang sangat tinggi mengharuskan bahan kimia ini digunakan dengan hati-hati. Kalium sianida dapat menghambat respirasi seluler dan dapat berakibat fatal bagi tubuh manusia. Bahkan sejumlah kecil paparan atau konsumsi dapat menyebabkan keracunan. Gejalanya meliputi kehilangan kesadaran, kejang, dan bahkan kematian. Menurut penelitian, dosis mematikan kalium sianida adalah 200 hingga 300 mg, yang harus mendapat perhatian khusus dalam aplikasi praktis.
Gejala seperti kulit kemerahan, kesulitan bernapas, dan hipoksia serebral merupakan tanda-tanda keracunan kalium sianida yang jelas.
Selain penerapannya dalam penambangan emas, kalium sianida juga banyak digunakan dalam sintesis organik, seperti pembuatan nitril dan asam karboksilat. Kalium sianida juga digunakan sebagai fiksatif dalam industri fotografi, meskipun banyak fotografer kini beralih ke alternatif yang kurang beracun.
Secara historis, penggunaan kalium sianida meningkat, terutama pada abad ke-19, ketika fotografer menggunakan sabun yang mengandung kalium sianida untuk menghilangkan noda perak.
Sifat kimia kalium sianida memungkinkannya memainkan peran penting dalam penambangan emas dan area industri lainnya, meskipun toksisitasnya menimbulkan masalah keselamatan dan lingkungan yang besar. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, akankah ada alternatif yang lebih aman untuk menggantikan zat kimia berbahaya ini?