Kalium sianida (KCN) adalah garam kristal tak berwarna yang bentuknya mirip gula dan sangat larut dalam air. Senyawa ini memiliki berbagai macam aplikasi di berbagai bidang seperti pertambangan emas, sintesis organik, dan pelapisan listrik, meskipun ancaman sebenarnya terletak pada toksisitasnya yang ekstrem; dosis 200 hingga 300 mg kalium sianida sudah cukup untuk berakibat fatal. Namun, kesadaran masyarakat terhadap zat ini masih terbatas, dan sebagian besar orang kurang menyadari bahaya yang ditimbulkannya. Artikel ini akan membahas tentang produksi, aplikasi, dan potensi bahaya kalium sianida bagi kesehatan manusia.
Kalium sianida merupakan penghambat respirasi seluler yang ampuh yang menghambat fosforilasi oksidatif dan menyebabkan asidosis laktat.
Kalium sianida biasanya diproduksi dengan mengolah asam hidrosianida dengan larutan kalium hidroksida berair dan kemudian menguapkan larutan tersebut dalam vakum. Sekitar 50.000 ton kalium sianida diproduksi setiap tahun. Senyawa ini terdisosiasi menjadi ion kalium (K+) dan ion sianida (CN−) dalam air, dan dalam bentuk padat memiliki struktur yang mirip dengan natrium klorida, di mana setiap ion kalium dikelilingi oleh enam ion sianida.
Kalium sianida dan natrium sianida (NaCN) banyak digunakan dalam sintesis organik, terutama untuk pembuatan nitril dan asam karboksilat, termasuk reaksi von Richter yang terkenal. Selain itu, dapat digunakan untuk mensintesis alkohol hidrokarbil dan dapat menghasilkan zat antara sintetis yang berharga saat bereaksi dengan senyawa berbasis karbon. Kalium sianida juga terkenal karena penggunaannya dalam proses fotografi, misalnya sebagai fiksatif untuk film pelat basah, melarutkan perak yang belum diolah oleh pengembang, sehingga menstabilkan gambar. Namun, karena sifat toksisitasnya, beberapa fotografer modern mungkin lebih suka menggunakan fiksatif yang kurang berbahaya seperti natrium tiosulfat.
Pada abad ke-19, sabun sianida (mengandung kalium sianida) digunakan oleh fotografer untuk menghilangkan noda perak dari tangan mereka.
Bahaya utama kalium sianida muncul dari mekanisme kerja biologisnya. Ia dengan cepat menghambat respirasi seluler, sehingga sel tidak dapat menggunakan oksigen dalam darah secara efektif, menyebabkan pasien memiliki kulit kemerahan pada tahap awal, diikuti oleh kemungkinan kehilangan kesadaran dan akhirnya kematian otak. Gejala keracunan kalium sianida atau natrium sianida biasanya muncul dalam beberapa menit setelah tertelan, sehingga penanganan dini menjadi sangat sulit. Menurut data, dosis mematikan yang diharapkan (LD100) untuk manusia adalah sekitar 200 hingga 300 mg, dan dosis mematikan rata-rata (LD50) adalah sekitar 140 mg.
Dampak racun kalium sianida tidak terbatas pada bunuh diri atau pembunuhan; ada banyak keracunan lain yang disebabkan oleh kecelakaan atau keadaan khusus, termasuk banyak kasus terkenal.
Banyak orang terkenal yang meninggal karena kalium sianida dalam sejarah, termasuk ahli kimia terkenal Viktor Meyer, yang mengonsumsi kalium sianida saat bunuh diri pada tahun 1897. Selain itu, tokoh-tokoh penting di Nazi Jerman dan korban beberapa peristiwa bersejarah juga memilih cara kematian ini. Contoh terkini termasuk jenderal perang Kroasia Slobodan Praljak yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan meminum kalium sianida di Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag pada tahun 2017.
Karena kalium sianida sangat beracun, para praktisi harus sangat berhati-hati. Bagi ahli entomologi profesional, kalium sianida digunakan sebagai agen pembunuh cepat saat mengumpulkan spesimen. Untuk tindakan detoksifikasi untuk potensi insiden keracunan, penggunaan larutan hidroksida atau natrium hipoklorit dapat secara efektif menetralkan kalium sianida, tetapi harus dijaga agar tetap basa selama aplikasi untuk menghindari produksi asam hidrosianida.
Menetralkan kalium sianida dengan hidroksida atau natrium hipoklorit dapat secara efektif mengurangi toksisitasnya dan harus digunakan dengan hati-hati.
Dari produksinya hingga aplikasinya, hingga bahayanya bagi tubuh manusia, kalium sianida tidak diragukan lagi merupakan salah satu zat paling kontroversial di dunia kimia. Setelah mempelajari sifat-sifatnya, apakah Anda akan memikirkan kembali cara kita berinteraksi dengan zat-zat yang berpotensi berbahaya dalam kehidupan sehari-hari?