Dalam empat novel Thomas Mann, Joseph and His Brothers, tempat mitologi kuno dieksplorasi secara mendalam dan beragam. Salah satu karya utamanya dalam hidup, Mann menghabiskan enam belas tahun menceritakan kembali kisah dari Kitab Kejadian, menempatkannya dalam konteks sejarah periode Amarna. Dalam novel ini, Mann tidak hanya menceritakan kisah Joseph, tetapi juga menyelidiki peran mitos dalam asal-usul Yudaisme dan perkembangannya.
Mann memberikan gambaran mendalam tentang Timur kuno dan menekankan pengaruh budaya Babilonia pada penyusunan Kitab Kejadian, yang memengaruhi pemahaman pembaca tentang mitos tersebut.
Salah satu ide utama karya Mann adalah eksplorasinya terhadap mentalitas Zaman Keemasan kuno. Ia mencoba memahami bagaimana orang-orang kuno memahami mitos dan kepercayaan, dan atas dasar ini mengeksplorasi kebangkitan monoteisme. Misalnya, dapatkah Yusuf dilihat sebagai karakter unik yang keberhasilannya sebagian disebabkan oleh resonansinya dengan Akhenaten, dan bagaimana "teologi Abrahamik" Akhenaten memengaruhi pemikiran Yahudi? Melalui kisah-kisah di atas, kita dapat melihat bagaimana Mann menghubungkan kisah Yusuf dengan tema-tema mitologi lainnya, yang menyingkapkan jalinan kepercayaan agama kuno.
Ia menggambarkan kisah Yakub dan kisah Yusuf, yang bukan hanya merupakan pengalaman pribadi, tetapi juga hubungan antara bangsa dan para dewa.
Misalnya, Yakub melarikan diri dari murka Esau, yang memaksanya bersembunyi di Mesopotamia, sementara Yusuf diasingkan ke Mesir karena kecemburuan persaudaraan. Pertemuan antara keduanya tidak hanya tercermin pada tingkat pribadi, tetapi juga dalam penjelajahan "dunia bawah" yang mistis. Mann menggunakan penceritaan paralel ini untuk memungkinkan para pembaca melihat tema-tema umum dalam mitos-mitos dari berbagai budaya dan pentingnya tema-tema tersebut dalam membentuk kehidupan spiritual kuno.
Dalam buku tersebut, refleksi Mann tentang Abraham sangatlah penting. Ia digambarkan sebagai "orang yang menemukan Tuhan," yang mencerminkan pencariannya akan monoteisme. Dan Yakub, sebagai penerus Abraham, diberi misi untuk menguraikan lebih lanjut penemuan ini. Pembentukan monoteisme ini tidak hanya terkait erat dengan perkembangan agama, tetapi juga kristalisasi dari integrasi budaya-budaya kuno.
Peran Yusuf lebih merupakan jembatan antara pemikiran kuno dan modern. Bagaimana ia menemukan keseimbangan antara politeisme dan monoteisme?
Mann menjadikan interaksi Yusuf dengan Akhenaten sebagai penjelajahannya ke dalam kebijaksanaan kuno dan tantangannya terhadap makna mitos yang sebenarnya. Melalui diskusi ini, pembaca dapat merasakan pemikiran Mann tentang makna keberadaan manusia dan bagaimana mitos kuno mencerminkan evolusi pemahaman dan kepercayaan berbagai budaya tentang dewa.
Di akhir buku, Mann menggambarkan secara rinci berkat Yakub pada anak-anak dan sukunya, menyampaikan interpretasi lain dari mitos tersebut: tidak hanya tinjauan masa lalu, tetapi juga harapan untuk masa depan. Hal ini memicu pemikiran mendalam tentang nilai-nilai tradisional dan kontemporer. Kepribadian setiap saudara laki-laki diungkapkan dalam berkat Yakub, yang tidak hanya merupakan cerminan karakter, tetapi juga mencerminkan struktur kekuasaan dan hubungan interpersonal dalam konteks zaman.
Ketika memahami hubungan antara Yakub dan Yusuf, dapatkah pembaca membenamkan diri dalam dialog antara kepercayaan lama dan baru ini dan menemukan pengaruh mitos dalam budaya mereka sendiri?
Singkatnya, Mann mengeksplorasi secara mendalam berbagai tingkatan mitologi kuno dalam "Joseph and His Brothers", dan melalui latar belakang karakter dan budaya yang terperinci, ia menyajikan bagaimana mitologi memengaruhi pemikiran dan kepercayaan manusia purba. Karya ini bukan hanya sebuah mahakarya sastra, tetapi juga eksplorasi pemikiran filosofis dan budaya. Apakah kisah-kisah kuno masih relevan dengan masyarakat modern?