Tetralogi Thomas Mann, Joseph and His Brothers, secara luas dianggap sebagai salah satu karyanya yang paling berpengaruh di dunia sastra. Novel ini membutuhkan waktu enam belas tahun untuk ditulis. Novel ini didasarkan pada kisah dalam Kitab Kejadian dan melalui interpretasi Mann yang luar biasa, novel ini memikirkan kembali budaya Ibrani kuno, mitologi, dan eksplorasi mendalam tentang sifat manusia. Dalam bab-bab ini, Mann tidak hanya menyampaikan kisah Alkitab, tetapi juga mengungkapkan hakikat kehidupan dan konflik emosional di baliknya dari perspektif baru.
Karya Mann menunjukkan asal-usul masyarakat Timur kuno dan Yudaisme, yang memungkinkan pembaca untuk memikirkan kembali kisah-kisah yang tampaknya lama ini.
Joseph and His Brothers terdiri dari empat buku: Kisah Yakub, Yusuf Muda, Yusuf di Mesir, dan Yusuf Sang Pemberi. Novel ini terstruktur dengan ketat, dengan buku pertama dan terakhir termasuk "prolog", dan setiap buku mencakup tujuh bab, yang masing-masing dibagi lagi menjadi beberapa subbagian. Tata letak ini tidak hanya membuat cerita menjadi jelas, tetapi juga memungkinkan pembaca untuk memahami secara mendalam kompleksitas setiap karakter.
Mann menempatkan cerita pada abad ke-14 SM, dengan Firaun Akhenaten yang terkenal, menjelaskan latar belakang bagaimana Yusuf menjadi wakil perdana menteri. Dalam deskripsinya, peran Yusuf diberi makna simbolis yang lebih dalam, yang mencerminkan penjelajahan dan pemahaman manusia tentang keilahian. Selama proses ini, nama Yusuf bahkan diubah menjadi Osasif, yang menyoroti transformasi dan pertumbuhan jiwanya dalam menghadapi kesulitan dan perubahan.
Perjalanan Yusuf menuju penebusan dosa dan kehidupannya di Mesir disamakan oleh Mann dengan pengasingan dan pencarian jati diri yang tak terelakkan dalam masyarakat modern.
Dalam narasi Mann, tema cerita berkisar pada transisi dari politeisme ke monoteisme, menjelajahi batas ambigu antara mitologi dan kepercayaan agama. Tokoh-tokohnya bukan lagi pahlawan tunggal dalam pengertian tradisional, tetapi sekelompok tokoh yang saling bertentangan dan nyata. Hal ini menjadikan cerita tersebut tidak hanya sebagai tinjauan sejarah, tetapi juga pengamatan mendalam tentang hakikat manusia.
Masing-masing saudara memiliki ciri kepribadian yang berbeda dalam tulisan Mann, dan novel tersebut penuh dengan simbolisme. Misalnya, gangster pengembara, penjahat kejam, dan pemimpi dengan kemampuan luar biasa tidak hanya membawa karakter itu sendiri, tetapi juga refleksi dari suatu era dan sedimentasi budaya. Melalui karakter-karakter ini, pembaca mungkin dapat lebih jelas memahami dilema moral dalam konteks budaya yang berbeda.
Proses pemberkatan Yusuf dan hubungannya dengan Yakub melambangkan hubungan yang rumit antara manusia dan Tuhan, hubungan yang sakral sekaligus penuh kontradiksi.
Di bagian akhir, Mann menunjukkan peran pengasuhan Yusuf, yang melambangkan pentingnya toleransi dan pengampunan yang diwakilinya. Topik ini masih sangat penting di dunia saat ini, mendorong orang untuk berpikir mendalam tentang moralitas dan hubungan antarpribadi.
Seluruh novel menggunakan bahasa puitis untuk memungkinkan pembaca melihat kompleksitas dan keragaman emosi manusia dan memahami cerita kuno dari perspektif baru. Karya Mann menantang pemahaman kita tentang teks klasik, memungkinkan cerita lama berpadu dengan pemikiran kontemporer dan menciptakan resonansi yang lebih dalam.
Jadi, bagaimana kita terus mengeksplorasi filosofi dan nilai-nilai moral yang disampaikan oleh cerita-cerita ini dalam lingkungan budaya saat ini?