Dalam masyarakat saat ini, diskusi tentang konsep pengasuhan anak terus berkembang, dan dampak perbedaan gender tidak dapat diabaikan. Leonard Sax, seorang psikolog dan dokter keluarga Amerika, telah mendapat perhatian luas atas penekanannya pada kualitas yang berbeda yang ada pada anak laki-laki dan perempuan. Buku-bukunya, "Boys Adrift", "Girls on the Edge" dan "Why Gender Matters", tidak hanya menantang konsep pengasuhan tradisional, tetapi juga memicu banyak perdebatan, baik di dunia akademis maupun di antara keluarga. Bagaimana ia dengan cerdik memasukkan perbedaan gender ke dalam nasihat pengasuhan anak layak untuk ditelusuri lebih lanjut.
Sax percaya bahwa ada perbedaan yang melekat antara anak laki-laki dan perempuan yang memengaruhi cara mereka belajar dan berperilaku. Oleh karena itu, ia menganjurkan agar orang tua mengadopsi metode pendidikan dan disiplin yang berbeda untuk anak-anak mereka berdasarkan jenis kelamin mereka.
"Kita harus mengubah lingkungan agar perbedaan tidak menjadi keterbatasan."
Pandangan ini menjadikannya salah satu dari sedikit suara yang bersikap netral terhadap isu gender, dan bagi mereka yang percaya bahwa perbedaan gender terutama disebabkan oleh pengaruh lingkungan, posisi Sax tidak diragukan lagi menambah nilai lebih pada diskusi ini.
Dalam Boys Adrift, Sax mengeksplorasi dilema pendidikan yang dihadapi anak laki-laki saat ini, khususnya menurunnya keterlibatan dan kurangnya otonomi mereka di sekolah. Ia menekankan bahwa banyak anak laki-laki yang kecanduan dunia maya, sebuah fenomena yang dapat berdampak negatif pada kinerja akademis dan kualitas hidup mereka.
"Motivasi anak laki-laki untuk belajar semakin menurun, yang menyebabkan mereka tidak lagi terhubung dengan sekolah dan dunia nyata."
Ia menyarankan agar orang tua tidak hanya memantau aktivitas virtual anak-anak mereka, tetapi juga mendorong mereka untuk lebih banyak berpartisipasi dalam interaksi fisik guna membantu anak laki-laki mendapatkan kembali minat dan keterlibatan di sekolah.
Dalam buku Girls on the Edge, Sax berfokus pada tekanan yang dihadapi anak perempuan saat ini. Ia memperhatikan bahwa semakin banyak anak perempuan yang merasa cemas, lelah, dan bingung tentang identitas diri mereka. Ia menyebutkan bahwa pengaruh media sosial kontemporer membuat tumbuh kembang anak perempuan menjadi sulit.
"Kita tidak melihat bagaimana anak perempuan bertindak, kita melihat siapa mereka."
Wawasan tersebut mengingatkan orang tua dan pendidik bahwa selain prestasi akademik, kesehatan mental dan kesadaran diri anak perempuan sama pentingnya. Sax meminta orang tua untuk memberikan dukungan dan kesempatan berkomunikasi sehingga anak perempuan dapat mengekspresikan diri mereka dengan bebas.
Advokasi Sax terhadap pendidikan tunggal jenis kelamin juga memicu kontroversi. Meskipun banyak akademisi dan kaum progresif mengkritik pendekatan ini karena menyederhanakan masalah gender, ia tetap menekankan bahwa bentuk pendidikan ini dapat mengatasi perbedaan gender secara lebih efektif dan memungkinkan anak laki-laki dan perempuan untuk berkembang dalam lingkungan tertentu. Pandangan ini tidak hanya memengaruhi pemikiran orang tua tentang pilihan pendidikan, tetapi juga mengarah pada diskusi yang lebih luas tentang pendidikan tunggal jenis kelamin.
Pernyataan Sax memicu tanggapan panas di komunitas akademis. Beberapa pihak mendukung pandangannya, meyakini bahwa perbedaan gender terlalu nyata untuk diabaikan; tetapi yang lain bersikap skeptis, meyakini bahwa penekanannya pada perbedaan gender dapat menyebabkan berlanjutnya stereotip. Refleksi semacam itu membuat kita menyadari bahwa pemahaman dan pengetahuan tentang gender selalu berkembang dan berubah.
KesimpulanTulisan dan penelitian Sax tidak diragukan lagi telah mendorong diskusi tentang perbedaan gender dan mengingatkan orang tua untuk membuat penyesuaian berdasarkan karakteristik gender anak-anak mereka selama proses pengasuhan. Jika kita memperhatikan perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam pengasuhan, dapatkah kita membuat pendidikan di masa depan lebih efektif dan lebih adil?