Dalam kedokteran gigi saat ini, prosedur regenerasi tulang seperti regenerasi tulang terpandu (GBR) dan regenerasi jaringan terpandu (GTR) telah menarik perhatian luas, terutama dalam memecahkan masalah defisiensi tulang alveolar. Prosedur ini memberikan solusi efektif untuk lokasi yang tidak memiliki fungsi, estetika, atau restorasi yang memadai dengan menggunakan membran penghalang untuk mendorong pertumbuhan tulang dan jaringan gusi baru.
Regenerasi tulang terpandu terutama menargetkan pertumbuhan jaringan keras, yang sangat penting untuk penempatan implan gigi yang stabil.
Konsep inti GBR adalah menggunakan membran penghalang untuk menciptakan ruang terisolasi yang mencegah masuknya sel-sel yang tidak diinginkan guna mendorong pertumbuhan jaringan tulang yang diinginkan. Sejarah teknik ini dapat ditelusuri kembali ke tahun 1959, saat pertama kali diusulkan dalam penelitian ortopedi dan dikembangkan lebih lanjut oleh sarjana kedokteran gigi Melcher pada tahun 1976, yang menekankan pentingnya menyingkirkan pertumbuhan sel ganas. Pada tahun 1990-an, teknologi ini telah mencapai keberhasilan klinis yang signifikan di komunitas kedokteran gigi, terutama dalam perawatan defek tulang alveolar.
Untuk berhasil mendorong regenerasi tulang, ada empat fase utama yang dibagi selama operasi, yang disebut sebagai PASS:
Tanpa keterampilan bedah yang tepat, pencangkokan tulang mungkin tidak memberikan hasil yang memuaskan, sehingga teknik bedah yang tepat merupakan kunci untuk memastikan keberhasilan GBR.
Membran penghalang yang digunakan dalam proses GBR tidak hanya memberikan perlindungan bagi cacat tulang, tetapi juga mencegah jaringan ikat tumbuh ke dalam ruang, yang selanjutnya meningkatkan potensi regeneratif jaringan tulang. Membran ini secara umum diklasifikasikan menjadi dua kategori: membran yang dapat diserap dan yang tidak dapat diserap.
Baik polimer sintetis atau biomaterial alami, membran penghalang harus biokompatibel, menyingkirkan jenis sel yang tidak diinginkan, dan mempertahankan ruang.
Dalam praktik klinis saat ini, penggunaan berbagai jenis bahan pengganti tulang untuk rekonstruksi tulang tiga dimensi telah banyak direkomendasikan. Bahan-bahan ini biasanya bersifat regeneratif, osteoinduktif atau osteokonduktif, dan perlu dipilih sesuai dengan situasi spesifik pasien.
Indikasi untuk operasi regenerasi tulang meliputi:
Namun, ada beberapa kontraindikasi untuk prosedur ini, seperti:
Seperti operasi lainnya, operasi regenerasi tulang juga memiliki potensi komplikasi, termasuk:
Keberhasilan bergantung pada banyak faktor, termasuk osteoblas di lokasi pembedahan, suplai darah yang memadai, dan stabilitas jaringan di atasnya.
Dalam pengembangan teknologi untuk mengobati cacat gigi, operasi regenerasi tulang tidak diragukan lagi telah mengubah metode perawatan tradisional dan memberikan pasien kualitas hidup yang lebih tinggi dan peningkatan fungsional. Seiring dengan kemajuan teknologi ini, perubahan dan tantangan apa yang akan terjadi di masa depan kedokteran gigi?