Perkembangan musik digital diiringi dengan kemajuan teknologi. CD (Compact Disc) bukan hanya media untuk memutar musik, tetapi juga dunia penyimpanan data yang menakjubkan. Sejak pertama kali dirilis pada tahun 1982, fitur-fitur CD dan teknologi enkode di baliknya telah menarik minat banyak pengguna. Desain CD melibatkan banyak lapisan teknologi dan struktur fisik yang presisi, yang memberikan kemungkinan tak terbatas pada cakram kecil ini.
CD dirancang untuk menampung data audio hingga 74 menit, sekitar 650 MB data, menjadikannya salah satu opsi pengiriman data paling populer di pasaran saat itu.
Struktur fisik CD terbuat dari plastik polikarbonat setebal 1,2 mm dengan lubang 15 mm di bagian tengah. Lubang-lubang ini bukan hanya inti pemutaran CD, tetapi juga desain lapisan pelindung membuat CD relatif tahan terhadap gangguan selama pemutaran. Data dikodekan dalam jalur spiral, serangkaian lubang dan bidang kecil. Akan bermanfaat untuk mengeksplorasi lebih jauh bagaimana panjang dan bentuk setiap lubang memengaruhi interpretasi data.
Lubang-lubang kecil ini berkedalaman sekitar 100 nanometer dan lebar 500 nanometer, yang menciptakan perubahan pantulan saat cahaya dibaca.
Ada baiknya untuk melihat lebih dekat bagaimana data CD dikodekan. Catatan data tidak secara langsung terdiri dari 0 dan 1 tradisional, tetapi menggunakan teknologi yang disebut pengodean inversi-nol yang tidak kembali: transisi dari lubang ke daratan atau dari daratan ke lubang mewakili 1, sementara keadaan yang tidak berubah secara terus-menerus mewakili 0. Ini berarti bahwa harus ada setidaknya dua dan tidak lebih dari sepuluh angka nol di antara setiap angka 1, yang menunjukkan kecanggihan dan kecerdikan desain.
Saat CD diputar, pemancar laser di dalam cakram membaca melalui dasar plastik polikarbonat. Panjang gelombang laser dan pantulannya dari lubang dan variasi ketinggian daratan membentuk berbagai gema cahaya yang dipantulkan. Proses itu sendiri merupakan semacam keajaiban optik yang memungkinkan kita menikmati musik tanpa menyadarinya.
Dengan mengukur perubahan intensitas pantulan, sinyal yang terbaca adalah informasi yang dikirim kembali dari cakram.
Namun, CD tidaklah sempurna. Karena desainnya, CD berisiko rusak akibat lingkungan dan penanganan yang tidak tepat. Terutama kedekatan lubang dengan label membuat cacat ini rentan menimbulkan masalah saat dibaca. Selain itu, daya tahan CD dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti iklim, kondisi penyimpanan, atau goresan fisik, yang semuanya meningkatkan tantangan terhadap integritas data.
Dengan munculnya teknologi baru, CD diam-diam telah berevolusi menjadi berbagai bentuk baru, seperti SHM-CD dan Super Audio CD. CD baru ini berupaya meningkatkan kualitas suara atau kinerja transfer data sambil mempertahankan format CD standar. Meskipun ada teknologi baru ini, dasar-dasar format—bagaimana audio dan data dikodekan dalam pola lubang dan tanah—tetap tidak berubah, yang membuat kita bertanya-tanya seperti apa masa depan penyimpanan data?
Seiring dengan semakin banyaknya pengguna saat ini yang mengandalkan teknologi penyimpanan data yang lebih efisien, cara mereka mengonsumsi musik telah berubah secara drastis. Namun, teknologi pengodean data CD masih seperti kotak harta karun misterius, yang menunggu untuk ditemukan dan dipahami. Jadi, dengan kemajuan musik dan penyimpanan data yang terus berlanjut, akankah ada media seperti CD yang dapat membawa kenangan indah di masa depan?