Jangkrik, terutama jangkrik ladang berbintik dua (Gryllus bimaculatus
), terkenal karena perilaku reproduksinya yang tidak biasa. Jangkrik ini sebagian besar tersebar di Afrika, wilayah Mediterania, dan beberapa negara Asia. Mengapa strategi reproduksi jangkrik betina tampaknya sangat bergantung pada perkawinan dengan "teman baru"?
Penelitian menunjukkan bahwa jangkrik betina lebih menyukai jangkrik jantan yang belum pernah dikawininya sebelumnya saat kawin.
Pertama, preferensi terhadap jangkrik betina membantu menghindari perkawinan sedarah, sehingga meningkatkan tingkat kelangsungan hidup keturunan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa jika betina kawin dengan jantan yang secara genetik mirip, keturunan yang mereka hasilkan mungkin memiliki kebugaran dan kemampuan bertahan hidup yang lebih rendah. Oleh karena itu, dengan memilih pasangan kawin yang berbeda, jangkrik betina dapat memastikan bahwa keturunannya memiliki genetika yang lebih beragam.
Strategi ini dapat meningkatkan kemampuan bertahan hidup dan kemampuan keturunan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan merupakan perilaku perlindungan diri.
Selain itu, menurut "hipotesis pasangan baru", jangkrik betina dapat mengidentifikasi tanda bau pejantan baru melalui indera seperti penciuman dan memilih untuk kawin dengan pasangan baru ini. Perilaku ini tidak hanya meningkatkan keragaman genetik, tetapi juga meningkatkan peluang keberhasilan pembuahan. Jangkrik betina kawin dengan banyak pejantan selama proses perkawinan. Jenis perilaku multigami ini disebut poliandri dan umumnya dianggap sebagai bentuk reproduksi yang paling umum pada jangkrik.
Setelah kawin, jangkrik betina menggunakan organ yang disebut duri telur untuk menanamkan telurnya di tanah yang lembap. Proses ini memastikan bahwa telur menetas dengan sukses, dan bayi jangkrik biasanya menetas setelah dua minggu. Dapat dilihat bahwa strategi reproduksi untuk mengoptimalkan pemilihan pasangan memainkan peran penting dalam reproduksi jangkrik.
Buku "The Voice of Crickets" menyebutkan bahwa jangkrik betina juga memiliki preferensi unik terhadap kicauan jangkrik jantan, yang memengaruhi pilihan pasangannya.
Kicauan jangkrik juga berperan penting dalam proses perkawinan. Jangkrik jantan mengeluarkan suara tertentu dengan cara menggesekkan sayapnya dengan harapan dapat menarik perhatian jangkrik betina. Dalam hal ini, kebiasaan dan frekuensi suara dapat digunakan oleh jangkrik betina sebagai salah satu kriteria untuk memilih pasangan. Penelitian tersebut menemukan bahwa karakteristik suara berkaitan erat dengan preferensi jangkrik betina, yang juga menjadi salah satu topik yang menjadi perhatian para ilmuwan.
Selain itu, dalam perilaku bertahan hidup jangkrik, persaingan untuk mendapatkan makanan dan perilaku sosial sama pentingnya. Jangkrik jantan sering kali berebut wilayah dengan cara yang agresif saat menjelajahi area bertenggernya. Hal ini tidak hanya memastikan peluang berkembang biak bagi jangkrik jantan, tetapi juga meningkatkan fleksibilitas pemilihan jangkrik betina sampai batas tertentu. Mereka akan memilih pasangan yang kuat berdasarkan hasil pertarungan pejantan.
Komunitas ilmiah telah mulai mengeksplorasi dampak perilaku ekologis ini pada reproduksi jangkrik, dan berspekulasi bahwa hal ini terkait dengan keragaman genetik dan lingkungan hidup mereka.
Secara keseluruhan, strategi reproduksi jangkrik dua bintik memiliki daya adaptasi biologis yang tinggi. Perilaku poligami memungkinkan betina untuk memilih pasangan terbaik, sehingga meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup keturunannya. Selain itu, melalui pemilihan pasangan baru, keragaman genetik populasi jangkrik dipertahankan, yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan seluruh spesies untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Jadi, dapatkah kita menemukan pola serupa pada spesies lain untuk strategi reproduksi yang dibangun dengan "teman baru" ini?