Dalam arsitektur jaringan saraf tiruan, pilihan fungsi aktivasi memegang peranan penting. Fungsi-fungsi ini menghitung keluaran setiap simpul, tergantung pada masukan dan bobot masing-masing simpul, yang mengatur transfer informasi. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi pembelajaran mendalam, fungsi aktivasi telah mengalami banyak evolusi, dengan GELU dan ReLU menjadi pilihan paling populer saat ini. Artikel ini akan membahas sifat-sifat matematika di balik fungsi aktivasi ini dan penerapannya dalam model-model kontemporer.
Fungsi aktivasi pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga kategori: fungsi punggungan, fungsi radial, dan fungsi lipatan. Ketika kita memperhitungkan sifat-sifatnya yang berbeda, seperti nonlinieritas, rentang, dan apakah fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan secara terus-menerus, kita dapat memahami mengapa fungsi aktivasi tertentu berkinerja lebih baik dalam arsitektur tertentu.
"Dalam literatur pembelajaran mendalam, sifat nonlinier dari fungsi aktivasi memungkinkan jaringan saraf dua lapis terbukti sebagai aproksimator fungsi universal."
Menurut "Teorema Aproksimasi Universal", jaringan saraf dengan fungsi aktivasi nonlinier dapat mengaproksimasi fungsi kontinu apa pun. Inilah pentingnya fungsi aktivasi. Karakteristik nonlinier GELU dan ReLU memberikan kemampuan ekspresi yang lebih kuat, yang memungkinkan model modern, termasuk BERT dan ResNet, untuk menangani masalah yang kompleks.
GELU (Gaussian Error Linear Unit) digunakan secara luas dalam model BERT. Fungsi ini dirancang dengan mempertimbangkan sepenuhnya kontinuitas gradien, yang sangat penting untuk aliran informasi. Dibandingkan dengan ReLU (Rectified Linear Unit) tradisional, GELU dapat menyesuaikan keluaran aktivasi dalam rentang yang lebih luas, yang membantu stabilitas dan kecepatan konvergensi.
"Keluaran GELU mengadopsi karakteristik galat Gaussian, sehingga lebih baik daripada ReLU dalam beberapa kasus, terutama dalam pelatihan model yang kompleks."
Di sisi lain, ReLU lebih disukai karena kesederhanaan dan efisiensi komputasinya. Karena karakteristik aktivasinya yang jarang, ReLU dapat membantu jaringan saraf mengurangi beban komputasi dalam pembelajaran fitur dan mendorong pelatihan yang lebih cepat. Karena keluaran ReLU adalah nol di bawah nol, properti ini membuatnya kurang rentan terhadap masalah gradien yang menghilang, sehingga banyak digunakan dalam model seperti AlexNet dan ResNet.
Karakteristik nonlinier dari fungsi aktivasi merupakan salah satu faktor kunci keberhasilannya. Nonlinieritas memungkinkan jaringan saraf untuk menangkap dan mempelajari pola kompleks dalam data masukan. Dalam proses pelatihan yang sebenarnya, jika fungsi aktivasi linier dipilih, masalah nonlinier tidak akan dipelajari secara efektif. Oleh karena itu, ketika kita menggunakan fungsi aktivasi nonlinier, terutama dalam jaringan saraf multilapis, kita dapat memanfaatkan sepenuhnya kemampuannya.
“Memilih fungsi aktivasi yang tepat dapat berdampak besar pada kinerja model secara keseluruhan.”
Meskipun GELU dan ReLU membawa banyak keuntungan, keduanya juga menghadapi tantangan dalam situasi tertentu. Kompleksitas GELU berarti bahwa GELU mungkin menghadapi hambatan efisiensi dalam platform atau implementasi komputasi tertentu. ReLU memiliki masalah "Dead ReLU", yang berarti bahwa selama pelatihan, beberapa node akan tetap nol untuk waktu yang lama, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memperbarui bobotnya. Oleh karena itu, saat merancang model, seseorang perlu mempertimbangkan dengan saksama pilihan fungsi aktivasi dan memilih fungsi yang paling sesuai untuk tugas tertentu.
Dengan munculnya komputasi kuantum dan arsitektur jaringan saraf baru, kita mungkin melihat evolusi lebih lanjut dari fungsi aktivasi. Jaringan saraf kuantum telah mulai mengeksplorasi cara mencapai aktivasi nonlinier yang lebih efisien tanpa mengukur keluaran setiap perseptor. Mungkin desain fungsi aktivasi yang lebih inovatif akan muncul di masa mendatang.
Dalam pengembangan pembelajaran mendalam yang berkelanjutan, pilihan fungsi aktivasi masih penting bagi kinerja model. Menghadapi perubahan kebutuhan dan tantangan, dapatkah peneliti dan insinyur menemukan fungsi aktivasi baru atau meningkatkan metode yang ada untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang?