Didirikan pada tahun 1924, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) telah menyaksikan perjalanan sulit pasukan pertahanan udara Tiongkok. Dengan latar belakang interaksi pertikaian politik, intervensi eksternal, dan kerusuhan internal, pengembangan Angkatan Udara penuh dengan tantangan. Namun, setelah beberapa dekade, PLAAF akhirnya menjadi kekuatan militer modern dalam hal ukuran dan teknologi. Perubahan tersebut tidak hanya mencerminkan kemajuan teknologi militer, tetapi juga menunjukkan dampak lingkungan politik terhadap operasi lembaga militer.
Angkatan Udara PLA menelusuri akarnya ke pendirian Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1924, ketika partai tersebut bertekad untuk membangun angkatan udara yang mampu mempertahankan rezimnya. Pada saat itu, Partai Komunis dan Kuomintang bergabung untuk melawan penjajah asing, yang juga berkontribusi pada dimulainya kekuatan udara Tiongkok. Meskipun awalnya menghadapi tantangan praktis berupa kekurangan pesawat dan kurangnya pelatihan, Partai Komunis Tiongkok secara aktif mencari dukungan teknis dari Uni Soviet untuk pengembangan dan pelatihan pesawat tempur.
Merupakan perjalanan yang luar biasa bahwa unit penerbangan, yang awalnya hanya memiliki sembilan kadet, berkembang menjadi kekuatan penerbangan terbesar ketiga di dunia dari waktu ke waktu.
Dengan kemenangan Partai Komunis dalam Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949, pembentukan resmi PLAAF menandai dimulainya kekuatan udara Tiongkok yang berarti. Selama Perang Korea, PLAAF berkembang lebih cepat, dan kerja sama Angkatan Udara dengan Uni Soviet menjadi lebih mendalam, mendapatkan dukungan dari pesawat tempur Soviet seperti Mikoyan-Gurevich MiG-15. Selama periode ini, Angkatan Udara terutama melakukan misi pertahanan udara dan berfokus pada perlindungan kedaulatan daratan Tiongkok.
Selama Perang Korea, fungsi PLAAF beralih ke penguatan pertahanan udara; namun, model ini ditantang dalam perubahan strategis berikutnya.
Dengan memburuknya hubungan Tiongkok-Soviet pada awal 1960-an dan kekacauan Revolusi Kebudayaan, pengembangan PLAAF sempat mandek. Selama periode itu, tidak hanya dukungan teknis yang menurun, tetapi kekacauan internal yang berkelanjutan juga menghantam kualitas keseluruhan angkatan darat. Pada 1970-an, penutupan sistem pelatihan dan memburuknya infrastruktur membuat banyak pilot tidak dapat melanjutkan pelatihan profesional mereka.
Setelah memasuki 1980-an, menghadapi realitas militer yang suram, PLAAF mulai menyadari urgensi modernisasi. Dengan tekanan berat dari dalam dan luar negeri, Tiongkok telah meluncurkan serangkaian reformasi untuk meningkatkan efektivitas tempur penerbangannya dan memperkuat kemampuan teknisnya. Hal ini telah menyebabkan Tiongkok secara bertahap mengandalkan Rusia sebagai sumber utama pembelian militernya, dan telah memperoleh serangkaian sistem persenjataan canggih.
Selama proses reorganisasi, fungsi dan struktur Angkatan Udara Tiongkok telah mengalami perubahan signifikan, secara bertahap bergeser dari strategi yang awalnya berfokus pada pertahanan menjadi pengembangan kemampuan ofensif.
Setelah puluhan tahun bekerja keras, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat kini telah menjadi angkatan udara modern dengan kemampuan multi-misi. Dari pertahanan udara dasar hingga pengembangan pemboman jarak jauh, dan kemudian ke operasi terkoordinasi multi-layanan, transformasi PLAAF mencerminkan perubahan yang sedang berlangsung dalam strategi militer Tiongkok. Namun, dalam menghadapi perubahan situasi global saat ini dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan besar apa yang akan dihadapi oleh pengembangan Angkatan Udara Tiongkok di masa mendatang?