Dalam psikologi, penghilangan rasa takut merupakan fenomena yang kompleks dan penting, terutama bagi orang-orang dengan gangguan kecemasan. Kecemasan dan ketakutan yang sering dialami pasien-pasien ini, seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD), mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk melarikan diri dari pengalaman masa lalu, bahkan jika mereka tidak lagi menghadapi ancaman yang sama dalam hidup mereka. Artikel ini membahas bagaimana rasa takut menghilang dan mengapa beberapa orang tidak dapat melepaskan bayang-bayang masa lalu mereka.
Penghilangan adalah fenomena perilaku yang terjadi dalam perilaku pengkondisian operan dan klasik ketika respons terkondisi yang tidak lagi memperkuat secara bertahap melemah seiring berjalannya waktu.
Prinsip utama penghilangan adalah bahwa ketika perilaku yang diperkuat tidak lagi menghasilkan hasil yang diharapkan, frekuensi perilaku tersebut akan menurun secara bertahap. Dalam pengkondisian klasik, ketika stimulus terkondisi muncul dengan sendirinya dan tidak lagi menandai kedatangan stimulus yang tidak terkondisi, respons terkondisi tersebut akan secara bertahap berhenti. Misalnya, anjing yang terlatih akan mengeluarkan air liur setelah mendengar bunyi berdetik, tetapi jika makanan tidak tersedia dalam waktu lama, air liur anjing tersebut akan hilang. Proses ini sangat penting bagi orang-orang dengan gangguan kecemasan.
Banyak gangguan kecemasan, seperti gangguan stres pascatrauma, dianggap sebagian merupakan akibat dari kegagalan memadamkan ketakutan yang terkondisikan.
Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dengan gangguan kecemasan sering kali menghadapi ketakutan yang gagal mereda dengan sukses. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin gagal mempelajari asosiasi baru, yang menyebabkan ketakutan dan kecemasan yang berulang. Kegagalan pemadaman ini mungkin terkait dengan mekanisme biologis otak. Para peneliti telah mulai mengeksplorasi peran struktur otak (seperti amigdala, hipokampus, korteks prefrontal) dan sistem neurotransmitter tertentu (seperti GABA, NMDA). .
Agar pemadaman efektif, prosedur pemadaman harus dilakukan secara konsisten.
Prosedur memudar harus konsisten atau efektivitasnya dapat terganggu. Meskipun perilaku rebound emosional dapat terjadi dalam jangka pendek saat penguatan untuk suatu perilaku menghilang, masih ada tantangan yang harus diatasi dalam jangka panjang. Khususnya dalam lingkungan pendidikan, dengan tidak bereaksi terhadap perilaku bermasalah tertentu (seperti berteriak atau menyela orang lain), siswa dapat secara bertahap mengatasi perilaku ini.
Setelah pemadaman dimulai, seseorang mungkin mengalami fenomena yang disebut ledakan pemadaman, yang merupakan peningkatan tiba-tiba dalam frekuensi respons dalam waktu singkat. Situasi ini dapat dipahami sebagai reaksi emosional yang disebabkan oleh kebutuhan kuat seseorang terhadap perilaku sebelumnya yang tiba-tiba tidak dapat diwujudkan. Dalam praktik pendidikan, menghadapi iblis waktu berupa perilaku yang menantang sering kali membuat frustrasi, tetapi menyesuaikan ekspektasi dan strategi dapat membantu kemajuan jangka panjang.
Pemadaman rasa takut merupakan prinsip dasar terapi pemaparan, pengobatan umum untuk gangguan kecemasan.
Melalui terapi pemaparan, berbagai faktor yang memengaruhi respons rasa takut diperkenalkan secara bertahap, mendorong pasien untuk mempelajari asosiasi non-rasa takut yang baru. Penelitian juga menunjukkan bahwa neurotransmiter seperti dopamin dan glutamat memainkan peran penting dalam proses ini. Melalui teknologi neuroimaging modern, perubahan di area otak seperti korteks prefrontal dan amigdala selama pemadaman rasa takut dapat diamati.
Dengan semakin berkembangnya pemahaman tentang pemadaman rasa takut, para peneliti mencari pengobatan yang lebih efektif untuk membantu orang dengan gangguan kecemasan melepaskan masa lalu mereka yang kusut. Dengan lebih memahami dasar biologis dan pola perilaku ketakutan, kita mungkin dapat mengembangkan strategi pengobatan baru untuk membantu pasien ini menemukan ketenangan pikiran.
Menghadapi tantangan ketakutan dan kecemasan, dapatkah kita menemukan cara yang lebih efektif untuk membimbing pasien melepaskan beban masa lalu?