Pola makan Barat kontemporer dicirikan oleh makanan olahan, biji-bijian olahan, daging merah, dan minuman tinggi gula, dan pilihan makanan ini menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan manusia. Menurut berbagai penelitian, pilihan makanan ini terkait erat dengan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan bahkan berbagai kanker. Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan pola makan kita condong ke arah yang tidak sehat?
Komposisi gizi dari pola makan Barat mencakup kadar daging merah, produk susu, makanan olahan, dan gula tambahan yang tinggi, tetapi tidak cukup buah dan sayuran.
Beban kesehatan dari pola makan ini tidak dapat diremehkan. Menurut penelitian, pola makan ini, yang tinggi biji-bijian olahan dan makanan tinggi gula, dapat meningkatkan perkembangan sindrom metabolik dibandingkan dengan pola makan seimbang. Selain itu, pola makan ini telah dikaitkan dengan insiden penyakit kardiovaskular dan kanker yang lebih tinggi.
Pola makan Barat dipenuhi dengan gula olahan, pilihan makanan berkalori tinggi yang terlalu bergantung pada analisis data yang salah dari rantai pasokan, yang menyebabkan kurangnya pemahaman nyata tentang kalori aktual yang dikonsumsi orang dan nutrisi utama yang mereka konsumsi. Sebagian besar waktu, kepadatan energi dari pola makan ini meningkat dari tahun ke tahun, yang berarti orang sering mengonsumsi terlalu banyak kalori alih-alih nutrisi yang mereka butuhkan.
Misalnya, rata-rata orang dewasa Amerika mengonsumsi lebih dari 13% kalori harian mereka dari gula tambahan.
Pola makan Barat tidak hanya menimbulkan krisis kesehatan, tetapi juga masalah lingkungan. Seiring kemajuan globalisasi, banyak negara dengan cepat mengadopsi pola makan yang didominasi oleh daging dan gula olahan, yang tidak hanya memengaruhi kesehatan masyarakat tetapi juga meningkatkan beban terhadap lingkungan. Emisi karbon dioksida global juga meningkat akibat kerusakan ekosistem yang menghuni wilayah tropis.
Risiko kesehatanPenelitian telah mengaitkan pola makan Barat dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, dan berbagai kanker. Secara khusus, kejadian kanker kolorektal berbanding lurus dengan peningkatan asupan daging merah dan daging olahan.
Lebih khusus lagi, proporsi asupan daging merah yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus besar, tergantung pada pola makan subjek.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, tidak hanya individu yang perlu memperhatikan pilihan makanan mereka sendiri, tetapi masyarakat secara keseluruhan perlu meningkatkan kesadarannya akan pola makan yang sehat. Memulai dengan memilih buah dan sayuran segar alih-alih produk olahan akan sangat membantu dalam meningkatkan kesehatan Anda.
KesimpulanSetiap konsumen bertanggung jawab untuk secara bertahap mengurangi asupan daging merah dan produk susu, meningkatkan proporsi biji-bijian utuh, dan melawan krisis kesehatan.
Singkatnya, masalah kesehatan yang disebabkan oleh popularitas pola makan Barat di seluruh dunia tidak dapat diabaikan. Dapatkah kita menolak tren ini dan memilih pola makan sehat untuk melindungi kesehatan kita?