Musim badai Atlantik 2004 dikenal sebagai musim yang penuh kematian, kehancuran, dan aktivitas, dengan lebih dari 3.200 korban jiwa dan kerugian lebih dari $61 miliar (nilai dolar AS tahun 2004, sekitar $95,77 miliar dalam dolar tahun 2022). Musim ini ditandai oleh lebih dari setengah dari 16 siklon tropis yang melanda Amerika Serikat, namun, pertanyaan sebenarnya adalah, mengapa musim ini begitu mahal dan mematikan?
2004 merupakan tahun terjadinya peristiwa El Niño Modoki yang langka, yang menyebabkan suhu permukaan laut yang luar biasa hangat di beberapa bagian Samudra Pasifik, yang pada gilirannya meningkatkan aktivitas badai.
Musim ini secara resmi dimulai pada tanggal 1 Juni dan berakhir pada tanggal 30 November, dengan badai terakhir, Otto, menghilang pada tanggal 3 Desember, sehingga melanggar batas musim tradisional. Badai pertama, Alex, terbentuk pada tanggal 31 Juli di lepas pantai tenggara Amerika Serikat, menjadikannya salah satu badai pertama terbaru dalam sejarah.
Secara keseluruhan, musim badai tersebut mengakibatkan sedikitnya 3.270 kematian dan kerugian sekitar $60,9 miliar, menjadikannya musim badai Atlantik termahal hingga saat ini.
Pada tahun 2004, ada empat badai yang menonjol. Pertama adalah Badai Charley, yang menerjang daratan Florida sebagai badai Kategori 4 dan menyebabkan kerugian $16 miliar di Amerika Serikat. Badai Frances berikutnya juga membawa kehancuran di Bahama dan Florida, menewaskan sedikitnya 49 orang dan menyebabkan kerugian $10,1 miliar. Badai termahal, Ivan, adalah badai Kategori 5 yang melanda beberapa negara di Karibia dan kemudian merusak Pantai Teluk AS, khususnya Alabama dan Florida.
Secara keseluruhan, Indeks Energi Badai dan Badai Tropis (ACE) untuk musim ini mencapai 227 unit, yang mencerminkan tingkat aktivitas musim ini. ACE adalah indikator yang mengukur kekuatan dan durasi badai, yang menunjukkan dampak gabungan dari intensitas dan durasi badai.
Musim ini juga mencatat banyak rekor yang tidak biasa. Enam badai mencapai setidaknya intensitas Kategori 3 pada tahun 2004, badai paling besar sejak tahun 1996. Namun, rekor tersebut kemudian dipecahkan pada tahun 2005 dan 2020. Tahun ini juga merupakan pertama kalinya Florida dilanda empat badai besar dalam satu musim, sebuah catatan bencana langka dalam sejarah.
Musim badai tahun 2004 menunjukkan dampak mendalam yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim dan fenomena alam yang tidak biasa terhadap pola cuaca dan aktivitas badai, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang apakah ini merupakan tanda bahwa cuaca ekstrem yang lebih sering akan menjadi hal yang biasa di masa mendatang.
Musim badai juga memicu diskusi mendalam tentang prediksi iklim dan langkah-langkah tanggap darurat, dengan badan-badan cuaca utama merilis prakiraan cuaca dalam upaya untuk mempersiapkan perubahan cuaca yang akan datang. Badan-badan prakiraan cuaca, termasuk Colorado State University dan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), telah memberikan perkiraan yang tinggi untuk arah dan aktivitas musim ini dibandingkan dengan rata-rata historis. Penilaian berkala ini berdampak positif pada kesiapsiagaan bencana lokal sebelum badai tiba.
Menghadapi kehancuran yang menyaingi atau melampaui tingkat historis, badan-badan negara bagian dan federal telah meningkatkan fokus mereka pada pemulihan pascabadai, terutama di tahun ketika kerentanan menjadi lebih akut saat kita mencari masa depan yang lebih cerah dan cara untuk bertahan hidup. Rambutnya terlihat jelas.
Hal ini telah menyebabkan orang-orang untuk memeriksa kembali apa yang "normal". Faktanya, perubahan musim badai akan berdampak besar pada orang-orang biasa, masyarakat, dan bahkan seluruh negara.
Seiring berjalannya waktu, kemajuan rekonstruksi pascabencana dan peningkatan sarana ilmiah dan teknologi telah memungkinkan kita untuk memiliki strategi respons dan kemampuan prediksi yang lebih memadai untuk musim badai berikutnya. Di masa depan, apakah setiap matahari terbenam di pantai dan setiap badai yang mendekat akan menjadi peringatan yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan kita?