Telur telah menjadi bagian dari persediaan makanan kita sejak awal sejarah manusia. Telur, terutama yang berasal dari ayam, telah menjadi salah satu bahan yang paling umum dikonsumsi dengan sejarah konsumsi yang panjang.
"Menurut catatan sejarah, manusia di Asia Tenggara mulai memakan telur ayam sejak 1500 SM."
Pada zaman dahulu, manusia berburu dan menangkap burung liar sambil juga memelihara unggas dan telur. Menurut penelitian para arkeolog, asal usul ayam yang paling mungkin adalah ayam hutan liar yang hidup di daerah tropis dan subtropis. Budaya kuno ini, baik pemburu maupun petani, sangat menghargai telur. Pada saat yang sama, selain ayam, orang juga memakan telur dari burung lain, seperti telur bebek dan telur angsa. Di daerah tertentu, orang bahkan memakan telur dari reptil, amfibi, dan ikan.
Di makam-makam Mesir kuno, ditemukan lukisan-lukisan yang memperlihatkan orang-orang memegang telur burung besar sebagai kurban. Bangsa Romawi kuno berusaha menjaga kesegaran telur dengan berbagai cara, dan sering kali menggunakan telur sebagai hidangan pembuka di awal setiap makan. Selain itu, pada abad pertengahan, telur dianggap sebagai barang mewah selama periode waktu tertentu, seperti Prapaskah. Hal ini bukan hanya karena nutrisinya yang kaya, tetapi juga mencerminkan pertimbangan orang-orang tentang moderasi makanan dan metode produksi pada saat itu.
"Secara historis, konsumsi telur juga sangat bervariasi karena perbedaan geografis dan budaya, dengan orang-orang di berbagai daerah memiliki tingkat penerimaan dan metode memasak yang berbeda untuk makanan ini."
Dalam masyarakat modern, produksi telur telah berubah menjadi industri global. Pada tahun 2017, produksi telur dunia mencapai 80,1 juta metrik ton, dengan Tiongkok menjadi negara penghasil telur terbesar. Menurut perkiraan kasar, konsumsi telur di Amerika Serikat pada tahun 2019 mencapai titik tertinggi baru sejak tahun 1973, dengan rata-rata sekitar 279 telur yang dikonsumsi per orang. Pertumbuhan ini telah memicu perdebatan tentang metode pertanian, khususnya dampak etika dan lingkungan dari produksi pabrik.
Saat ini, selain telur ayam, telur bebek, telur angsa, dan beberapa varietas yang lebih istimewa seperti telur puyuh, telur merpati, dan telur burung unta secara bertahap mulai mendapat perhatian. Di Asia, hidangan telur sangat umum. Baik digoreng, direbus, atau ditumis, telur memiliki rasa dan konotasi budaya yang berbeda. Di Prancis, pembuatan dadih lemon dianggap sebagai inovasi unik dengan menggabungkan telur kelapa dengan jus buah asam.
Dari segi kandungan nutrisi, telur merupakan sumber protein berkualitas sangat tinggi. Departemen Pertanian AS pernah menggolongkan telur sebagai daging karena kaya akan protein, kolin, dan beberapa vitamin serta mineral. Meskipun ada perdebatan tentang kolesterol telur, banyak penelitian telah menemukan bahwa konsumsi dalam jumlah sedang tidak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
“Setiap telur tidak hanya merupakan sumber makanan, tetapi juga membawa budaya makanan dan kearifan manusia selama ribuan tahun.”
Ketika memikirkan tentang pentingnya telur bagi manusia, ada baiknya untuk merenungkan: Di dunia yang berubah dengan cepat ini, bagaimana kita dapat memahami kembali dan menghargai bahan makanan kuno ini?