Penggantian katup aorta transkateter (TAVI) tidak diragukan lagi merupakan salah satu kemajuan paling dramatis dalam teknologi medis saat ini. Kelahiran teknologi ini tidak hanya memberi harapan bagi banyak pasien berisiko tinggi, tetapi juga menciptakan situasi baru dalam pengobatan penyakit kardiovaskular. Pada tanggal 16 April 2002, dokter Prancis Alain Cribier berhasil melakukan operasi TAVI pertama pada pasien wanita berusia 68 tahun di Rumah Sakit Universitas Rouen. Operasi ini tidak hanya merupakan terobosan dalam teknologi medis, tetapi juga revolusi dalam operasi jantung tradisional. Sebuah tantangan.
"Kelahiran teknologi TAVI memungkinkan kami memberikan perawatan bagi pasien dengan stenosis aorta parah tanpa membuka jantung."
TAVI dirancang untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi torakotomi tradisional, yang merupakan salah satu keuntungan terbesarnya. Dengan perkembangan teknologi yang berkelanjutan, operasi ini secara bertahap digunakan dalam kelompok pasien yang lebih luas, terutama mereka yang memiliki risiko menengah. Menurut penelitian, kemanjuran TAVI setara dengan operasi tradisional. Ini berarti lebih banyak pasien dapat memiliki kesempatan untuk memperpanjang hidup mereka melalui operasi minimal invasif ini.
Meskipun operasi TAVI tidak memerlukan periode anestesi dan pemulihan pascaoperasi yang lama seperti operasi tradisional, operasi ini bukan tanpa risiko. Selama operasi, dokter perlu memilih metode penyisipan yang paling tepat berdasarkan kondisi jantung pasien secara spesifik, termasuk arteri transfemoral, transapikal, transaorta, dan rute lainnya.
"Saat ini, pilihan operasi TAVI bergantung pada usia, kesehatan, dan kondisi jantung pasien secara spesifik."
Setiap rute akses memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh sebelum operasi untuk memastikan keamanan operasi. Selain itu, pemantauan medis pascaoperasi sama pentingnya. Pasien perlu melakukan pemeriksaan medis rutin untuk memastikan katup jantung berfungsi dengan baik dan mencegah kemungkinan risiko infeksi. Bagi sebagian besar pasien, masa pemulihan pascaoperasi relatif singkat, dan sebagian besar orang dapat kembali beraktivitas normal dalam beberapa minggu.
Meskipun TAVI sangat efektif dalam mengurangi angka kematian akibat operasi, tindakan ini masih memiliki beberapa komplikasi potensial yang perlu diperhatikan, termasuk pendarahan hebat, gagal ginjal, dan stroke. Perlu disebutkan bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar 3% pasien akan mengalami stroke setelah TAVI, yang sebagian besar disebabkan oleh emboli atau perubahan hemodinamik pascaoperasi.
"Petugas layanan kesehatan harus memantau secara ketat potensi komplikasi ini untuk memastikan keberhasilan operasi dan mengurangi risiko kematian."
Penelitian klinis telah menemukan bahwa sekitar 70% pasien TAVI menunjukkan potensi infark serebral tanpa gejala pada MRI pascaoperasi. Fenomena ini telah menarik perhatian komunitas medis, tetapi belum jelas apakah efek jangka panjangnya akan secara signifikan mengurangi kualitas hidup pasien.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang berkelanjutan, ketahanan teknologi TAVI juga berangsur-angsur membaik. Selama beberapa tahun terakhir, banyak katup jantung baru telah ditingkatkan, yang secara signifikan meningkatkan tingkat keberhasilan prosedur. Pada saat yang sama, bagi pasien yang berusia di bawah 75 tahun dan memiliki kemungkinan bertahan hidup yang lebih tinggi, memilih operasi tradisional mungkin lebih stabil, karena pasien ini menghadapi risiko operasi ulang yang lebih tinggi di masa mendatang.
Baik itu terobosan dalam teknologi medis atau kisah pemulihan pasien, proses historis TAVI bagaikan film dokumenter yang luar biasa, yang menunjukkan semangat wirausaha para dokter dan kemungkinan teknologi yang tak terbatas. Dimulai dari kasus operasi pertama yang berhasil, TAVI telah mengubah nasib banyak pasien berisiko tinggi. Di masa depan, bagaimana teknologi ini akan terus berkembang dan ditingkatkan untuk melayani pasien dengan lebih baik?