Cabai rawit, sayuran lezat ini, digemari di seluruh dunia karena rasa pedasnya yang khas. Namun, mengapa ada perbedaan yang sangat besar dalam tingkat kepedasan berbagai jenis cabai? Semua itu ada hubungannya dengan senyawa khusus dalam cabai, yaitu capsaicin, dan senyawa sejenisnya, capsaicinoid. Para ilmuwan menemukan skala Scoville untuk mengukur tingkat kepedasan cabai berdasarkan konsentrasi capsaicin.
“Unit pengukuran Scoville Heat Meter mengubah tingkat kepedasan cabai menjadi Scoville Heat Units (SHU), berdasarkan konsentrasi capsaicin dalam cabai.”
Scoville Pyrometer diciptakan oleh apoteker Amerika Wilbur Scoville pada tahun 1912. Uji ini dievaluasi menggunakan tim pencicip profesional, dan "Uji Sensori Scoville" yang diperkenalkan di sini adalah mengencerkan ekstrak cabai dengan air gula hingga sebagian besar pencicip tidak dapat lagi mendeteksi rasa pedasnya. Meskipun uji ini sederhana, keandalannya masih terbatas karena pengaruh faktor manusia. Karena setiap pencicip memiliki kepekaan sensorik yang berbeda, hasil uji dapat bervariasi hingga 50%.
Sejak tahun 1980-an, para ilmuwan telah menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi untuk mengukur komponen pedas dalam cabai, sebuah metode yang dapat mengukur konsentrasi capsaicin secara akurat dengan cara yang lebih ilmiah. Metode ini tidak hanya memberikan hasil yang cepat dan andal, tetapi juga mengonversi ke satuan panas Scoville, yang menetapkan standar baru untuk rempah-rempah.
"Kromatografi cair kinerja tinggi adalah metode tercepat dan paling efisien untuk mengidentifikasi dan mengukur capsaicin, dan hasilnya dapat dikonversi ke satuan panas Scoville dengan mengalikan bagian per juta dengan 16."
p>
Dihitung menurut metode ini, nilai kepedasan berasal dari luas puncak zat yang diuji, yang juga menjadi dasar penting untuk penelitian cabai kontemporer. Namun, hanya luas puncak capsaicin dan dihidrocapsaicin yang dihitung, sementara senyawa pedas lainnya diabaikan, sehingga pengujian ini kurang komprehensif.
Ada banyak sekali varietas cabai, mulai dari 500 SHU untuk cabai besar hingga lebih dari 2,6 juta SHU untuk varietas tahan panas seperti Pepper X, yang menunjukkan keragaman kategori cabai. Tingkat kepedasan setiap varietas ditentukan tidak hanya oleh bahan alaminya, tetapi juga oleh lingkungan tempat tumbuhnya, termasuk iklim, tanah, dan ketersediaan nutrisi.
“Berbagai varietas dan lingkungan tumbuh membuat karakteristik khas cabai menjadi lebih beragam, yang juga menjadi daya tarik cabai.”
Tidak hanya itu, senyawa dalam cabai juga berubah seiring dengan bertambahnya usia tanaman, yang memengaruhi rasa akhir dan memungkinkan konsumen merasakan tingkat kepedasan dan rasa yang berbeda. Oleh karena itu, apakah berbagai jenis cabai yang kita lihat di supermarket secara akurat menggambarkan tingkat kepedasannya?
Rempah juga memiliki tempat dalam budaya kuliner di berbagai negara. Hidangan dari Asia, Amerika Selatan, dan bahkan beberapa wilayah Afrika memanfaatkan kepribadian cabai yang berbeda untuk menambah cita rasa. Cabai rawit tidak hanya merangsang selera, tetapi juga merupakan bagian dari pertukaran budaya. Saksikan bagaimana setiap negara memasukkan cabai rawit ke dalam masakan mereka, menciptakan pengalaman rasa yang unik dan kaya.
Namun, di antara daya tarik dan manfaat kesehatan dari berbagai cabai, bagaimana konsumen harus memilih varietas cabai yang paling cocok untuk memperkaya pola makan mereka?
Baik Anda seorang penantang yang mengejar rasa pedas tertinggi atau seseorang yang ingin meningkatkan rasa makanan Anda, cabai yang sangat pedas tidak diragukan lagi merupakan elemen yang tak terpisahkan dalam hidangan. Apakah keragaman ini membuat Anda ingin mempelajari lebih lanjut tentang kisah-kisah mendalam di balik cabai rawit?