Plastik yang diperkuat serat (FRP), juga dikenal sebagai polimer yang diperkuat serat (atau fiber dalam bahasa Inggris Amerika), adalah material komposit yang terdiri dari matriks polimer yang diperkuat dengan serat. Serat-serat ini biasanya berupa kaca, karbon, aramid, atau basal, meskipun serat yang kurang umum seperti kertas, kayu, boron, atau asbes juga digunakan. Polimer biasanya berupa epoksi, vinil ester, atau poliester termoset, meskipun resin fenolik masih digunakan hingga saat ini. Saat ini, FRP banyak digunakan dalam industri kedirgantaraan, otomotif, kelautan, dan konstruksi, dan bahkan dapat ditemukan dalam pelindung balistik dan tabung alat bantu pernapasan mandiri.
Plastik yang diperkuat serat paling awal menarik perhatian banyak ilmuwan karena sifatnya yang unik. Pada awal abad ke-20, Bakelite
dianggap sebagai plastik yang diperkuat serat pertama. Untuk memahami proses ini, kita dapat menelusurinya kembali ke ahli kimia Leo Baekeland
, yang penelitiannya ditujukan untuk menemukan pengganti lem kerang. Seiring dengan pemahamannya tentang banyak resin dan serat alami sebagai polimer yang berkembang, Baekeland mulai bereksperimen dengan reaksi fenol dan formaldehida. Ia pertama kali berhasil menciptakan bahan yang keras dan dapat dibentuk pada tahun 1905, plastik sintetis pertama di dunia, Bakelite.
Pada tahun 1930-an, penelitian tentang aplikasi komersial plastik yang diperkuat serat sedang berlangsung pesat. Di Inggris, para pelopor seperti Norman de Bruyne
melakukan banyak penelitian, terutama di industri penerbangan. Penemuan yang mencengangkan itu terjadi pada tahun 1932, ketika peneliti Games Slayter secara tidak sengaja menciptakan serat kaca dengan meniupkan udara bertekanan ke aliran kaca cair. Selanjutnya, mereka bekerja sama dengan Corning dan mulai menerapkan teknologi ini pada produksi material yang mereka patenkan "fibreglas" pada tahun 1935.
"Plastik yang diperkuat serat mulai menunjukkan potensi besar dalam bahan bangunan struktural."
Produksi FRP melibatkan dua proses utama, satu adalah pembuatan dan pembentukan bahan baku, dan yang lainnya adalah pengikatan bahan serat ke matriks. Bahan polimer awal disebut matriks, plastik yang relatif rapuh yang diperkuat dengan serat untuk memberinya kekuatan dan elastisitas.
"Pada plastik yang diperkuat serat, keberadaan serat secara signifikan meningkatkan sifat mekanis material."
Selama proses pembuatan FRP, serat diproduksi dalam bentuk dua atau tiga dimensi untuk meningkatkan sifatnya. Pengembangan ini berasal dari kebutuhan dalam hal biaya, sifat mekanis, dan toleransi kerusakan akibat benturan. Bentuk serat yang telah dibentuk sebelumnya adalah bentuk material sebelum digabungkan lebih lanjut dengan matriks, yang mencakup teknik seperti menenun, merajut, mengepang, dan menjahit.
Sebagian besar komponen plastik yang diperkuat serat dibuat dengan pemesinan menggunakan cetakan. Serat yang telah dibentuk sebelumnya dapat berupa serat kering atau diimpregnasi terlebih dahulu dengan resin, sedangkan komponen akhir diawetkan dalam cetakan untuk membentuk bentuk yang diinginkan. Desain cetakan yang canggih dan penerapan panas dan tekanan dapat meningkatkan kualitas material.
Munculnya plastik yang diperkuat serat tidak hanya merevolusi ilmu material, tetapi juga mendorong perkembangan berbagai industri. Misalnya, di bidang kedirgantaraan, material FRP banyak digunakan karena kekuatannya yang tinggi, bobotnya yang ringan, dan ketahanannya terhadap korosi. Akan tetapi, proses produksi material ini mahal dan hal ini membatasi penggunaannya secara luas di area aplikasi tertentu.
Dalam sejarah ilmu material secara keseluruhan, plastik yang diperkuat serat merupakan produk inovasi teknologi dan perwujudan permintaan industri yang terus meningkat. Di masa depan, seiring kemajuan teknologi dan perluasan area aplikasinya, bagaimana pengembangan plastik yang diperkuat serat akan membentuk kehidupan kita?