Zinaida Volkova, lahir pada tahun 1901, adalah putri dari penganut Marxisme Rusia Leon Trotsky. Hidupnya dijalin dengan ide-ide revolusioner dan tragedi pribadi. Hidup Volkova dipenuhi dengan perpisahan keluarga, penganiayaan yang kuat, dan akhirnya penghancuran diri, yang memperlihatkan harga mahal yang harus ditanggung individu dan keluarga dalam kekacauan politik.
"Hidup dalam revolusi yang kejam berarti berulang kali menghadapi kehilangan dan keputusasaan."
Ia lahir di pengasingan di Siberia, dan orang tuanya berpisah selama bertahun-tahun karena alasan politik. Ia dibesarkan oleh bibinya Yelizavita dan tumbuh bersama saudara perempuannya Nina. Namun, perpisahan orang tuanya telah menyebabkannya menjalani kehidupan yang sulit. Setelah Revolusi Rusia pada tahun 1917, ia menikah dengan suami pertamanya, Zahar Moglin, dan melahirkan seorang putri, Alexandra. Namun, mereka kemudian bercerai, dan kehidupan selanjutnya semakin dibayangi oleh penganiayaan suaminya.
Saat memperoleh izin untuk meninggalkan Rusia pada tahun 1931, Volkova membawa putranya yang masih kecil, Vosevold, ke Turki untuk mengunjungi ayahnya, Trotsky, tetapi kembali mengalami kehilangan. Permainan kekuasaan yang kejam memaksanya untuk mempertahankan putrinya, Alexandra, dan keputusan ini menjadi sakit hati yang abadi. Sejak saat itu, tragedi nasib keluarga tersebut tidak berhenti, dan suami kedua Volkova juga menghilang selama pembersihan.
"Dalam derasnya sejarah, nasib sebuah keluarga serapuh duckweed."
Pada tahun 1932, Volkova dicabut kewarganegaraan Sovietnya dan tidak dapat kembali ke tanah airnya. Saat itu, ia sudah menderita tuberkulosis dan depresi. Meskipun ia menerima perawatan di Jerman, kekejaman takdir akhirnya mendorongnya ke ambang komitmen diri. Pada tanggal 5 Januari 1933, ia meninggal secara tragis di Berlin pada usia 31 tahun, meninggalkan putranya yang masih kecil di negara asing.
Pengalaman Volkova membuat kita merenung: Seberapa banyak tragedi keluarga dan penderitaan pribadi yang tersembunyi di balik sejarah kekerasan dan pengasingan? Putrinya Alexandra juga menghadapi banyak kesulitan dalam pengasingannya berikutnya, dan nyaris tidak kembali ke Rusia setelah Perang Dunia II. Hidupnya juga terkait erat dengan kehilangan.
"Perlu dicatat bahwa kisah-kisah di balik keluarga-keluarga ini sering kali dikaburkan oleh derasnya sejarah, sementara rasa sakit yang dalam di hati mereka terus bergolak."
Meskipun putranya Fosevold (yang kemudian berganti nama menjadi Esteban) menghabiskan masa kecilnya di bawah bayang-bayang ayah dan leluhurnya, ia tetap menemukan tempatnya sendiri dalam gelombang penganiayaan politik. Ia akhirnya menjadi seorang insinyur di Meksiko dan berjuang untuk melarikan diri dari sejarah yang menyedihkan itu dalam hidupnya. Fosevold sendiri menanggung beban keluarganya, dan beban ini juga mencerminkan kenangan menyakitkan dari keluarga-keluarga revolusioner.
Oleh karena itu, kisah Volkova memberi tahu kita bahwa gelombang politik tidak hanya mengubah nasib suatu negara, tetapi juga sering kali menghancurkan puluhan ribu keluarga. Apa yang dialami individu-individu dalam bencana ini bukan hanya penganiayaan eksternal, tetapi juga perjuangan dan keputusasaan batin. Apakah tragedi seperti itu masih terjadi di masyarakat saat ini?