Banyak orang mengalami fenomena yang sangat tidak biasa sesaat sebelum mereka meninggal, yang disebut "terminal lucidity." Menurut penelitian medis, terminal lucidity mengacu pada kembalinya kesadaran, kemampuan berpikir jernih, atau ingatan secara tiba-tiba pada pasien dengan penyakit mental atau neurologis tertentu yang serius saat mereka akan meninggal. Fenomena ini telah diperhatikan dan dicatat oleh para dokter sejak abad ke-19, tetapi masih belum ada penjelasan ilmiah yang jelas.
"Terminal lucidity mungkin bersifat sementara dan terjadi saat otak sedang dalam proses kematian."
Dalam banyak kasus, kebangkitan tiba-tiba ini tidak terkait dengan tingkat keparahan penyakit dan riwayat medis pasien sebelumnya. Penelitian telah menemukan bahwa fenomena ini relatif umum terjadi pada pasien dengan penyakit Alzheimer, skizofrenia, tumor, atau stroke. Hal ini membuat terminal lucidity menjadi fenomena yang sulit dikategorikan.
Menurut sebuah studi tahun 2018, para peneliti mengamati bahwa enam dari 151 pasien mengalami kejernihan terminal sebelum meninggal. Penyebab kematian pada pasien-pasien ini sebagian besar adalah infeksi atau komplikasi kanker. Yang lebih menarik adalah bahwa laporan tersebut menunjukkan bahwa 33% relawan rumah sakit di Kanada telah menyaksikan setidaknya satu peristiwa kejernihan terminal dalam setahun terakhir.
"Fenomena kejernihan terminal lebih dari sekadar kembalinya kesadaran; ini adalah area eksplorasi klinis yang sangat mencerahkan."
Fenomena ini ditandai dengan kembalinya kejernihan dan kognisi secara singkat saat pasien akan meninggal. Pasien yang biasanya tidak dapat mengekspresikan atau berkomunikasi mungkin tiba-tiba dapat terlibat dalam percakapan dan menunjukkan vitalitas yang mengejutkan dalam kemampuan bahasa mereka. Dalam kebanyakan kasus, kejernihan terminal terjadi beberapa bulan atau hari sebelum kematian, tetapi beberapa pasien mungkin masih melihat kembalinya kesadaran jauh lebih lama setelah jangka waktu tertentu, yang sering disebut sebagai "kejernihan paradoks."
Namun, penjelasan untuk kejernihan terminal masih agak samar dan tidak memiliki dukungan ilmiah empiris. Banyak ilmuwan percaya bahwa kembalinya kesadaran sementara ini mungkin disebabkan oleh perubahan dalam sistem saraf, karena otak melepaskan beberapa neurotransmiter saat menghadapi kematian.
“Kejernihan terminal dapat menggambarkan kompleksitas kesadaran manusia dan hubungannya dengan akhir kehidupan.”
Beberapa penyedia layanan medis harus membuat keputusan sulit saat menghadapi dilema etika antara sedasi dalam dan kejernihan terminal. Sedasi berat dapat menghilangkan hubungan berharga pasien dengan orang yang mereka cintai, terutama selama periode ketika mereka mungkin menginginkan periode kejernihan singkat. Profesional yang bertanggung jawab atas perawatan harus mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan terbaik pasien, kebutuhan psikologis keluarga, dan aturan etika medis.
Penelitian dan diskusi tentang terminal lucidity tidak terbatas pada komunitas medis; masyarakat juga secara bertahap lebih memperhatikan fenomena ini. Misalnya, bagaimana terminal lucidity singkat ini dapat dilihat sebagai kesempatan untuk berdamai dengan orang yang dicintai dan mencapai semacam ketenangan pikiran? Keluarga pasien sering kali merasakan pelepasan emosional selama momen-momen kejelasan ini dan mungkin menjadi lebih teguh dalam iman mereka sebagai hasilnya.
Meskipun terminal lucidity masih menjadi masalah yang belum terpecahkan, banyak lembaga melakukan penelitian terkait. Tujuan dari upaya ini adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang terjadi di otak saat kematian sudah dekat, dengan harapan dapat menjelaskan dan menangani fenomena tersebut dengan lebih baik di masa mendatang. Seiring kemajuan teknologi medis, kita mungkin dapat mengungkap misteri terminal lucidity dan menggunakan wawasan ini untuk meningkatkan pengalaman keseluruhan bagi pasien dan keluarga mereka.
“Kejernihan terminal bukan hanya pengalaman individu, tetapi juga refleksi filosofis tentang pemahaman hidup dan mati.”
Dalam proses memahami kejernihan terminal, dapatkah kita memikirkan implikasi apa yang dimiliki fenomena ini terhadap pandangan kita tentang hidup dan mati?