Glioblastoma (GBM) adalah kanker otak yang paling agresif dan umum dengan prognosis yang buruk dan tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Meskipun terus berupaya menemukan pengobatan baru, penyebab kanker ini masih menjadi misteri. Penelitian menunjukkan bahwa tanda-tanda awal glioblastoma sering kali tidak kentara dan dapat meliputi sakit kepala, perubahan kepribadian, mual, dan gejala seperti stroke. Gejala-gejala ini dapat memburuk dengan cepat dan dapat berkembang menjadi koma.
"Meskipun glioblastoma mencakup 15% dari semua tumor otak, penyebab pasti penyakit ini masih belum diketahui."
Sebagian besar kasus glioblastoma tidak diketahui penyebabnya, tetapi beberapa terkait dengan kelainan genetik seperti neurofibromatosis dan sindrom Li-Fraumeni. Selain itu, menjalani terapi radiasi juga merupakan faktor risiko yang diketahui. Tumor ini umumnya dianggap muncul dari sel yang disebut astrosit. Bagi 661.000 pasien yang saat ini didiagnosis menderita glioblastoma, median kelangsungan hidup adalah 10 hingga 13 bulan, dan tanpa pengobatan, kelangsungan hidup biasanya hanya tiga bulan.
"Setelah operasi, prognosis untuk pasien glioblastoma tetap buruk, dengan hanya 5% hingga 10% pasien yang bertahan hidup lebih dari lima tahun."
Glioblastoma biasanya didiagnosis menggunakan metode seperti pemindaian CT, pemindaian MRI, dan biopsi jaringan. Setelah didiagnosis, pasien terkadang memerlukan pembedahan, diikuti oleh kemoterapi dan terapi radiasi. Obat kemoterapi yang umum, seperti temozolomide, banyak digunakan dalam proses pengobatan.
"Umumnya, operasi diyakini dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, tetapi peningkatannya hanya beberapa bulan."
Mekanisme molekuler glioblastoma masih dalam penyelidikan, dan banyak variasi genetik diyakini terkait dengan keganasannya. Ini termasuk mutasi pada gen EGFR dan metilasi gen MGMT, yang dapat memengaruhi respons tumor terhadap pengobatan.
Meskipun tidak ada bukti yang jelas bahwa faktor lingkungan seperti merokok dan paparan pestisida secara langsung menyebabkan glioblastoma, penelitian terus dilakukan untuk menentukan apakah faktor-faktor ini meningkatkan risiko.
Glioblastoma sulit diobati karena resistensi sel tumor terhadap terapi tradisional dan terbatasnya kapasitas perbaikan otak. Perawatan saat ini masih lebih ditujukan untuk meredakan gejala daripada menyembuhkan penyakit. Rencana perawatan untuk glioblastoma sering kali mencakup pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi, tetapi perawatan baru masih terus dieksplorasi.
"Mengobati glioblastoma menjadi rumit karena tidak mungkin mengetahui secara pasti apa yang terjadi pada setiap pasien."
Singkatnya, penyebab glioblastoma masih menjadi misteri ilmiah yang signifikan. Penelitian terus berlangsung saat para ilmuwan dan profesional medis mengeksplorasi kemungkinan penyebab dan perawatan baru dengan harapan menemukan penyembuhan yang efektif di masa mendatang.
Dalam bidang yang menantang ini, apakah kita dapat mengungkap kebenaran di balik glioblastoma dan menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang efektif akan menjadi topik penting penelitian medis di masa mendatang?