Kekristenan Reformasi, yang juga dikenal sebagai Calvinisme, adalah denominasi Kristen penting yang asal-usulnya dapat ditelusuri kembali ke Reformasi pada abad ke-16. Inti kepercayaan Gereja Reformasi adalah otoritas Alkitab dan kedaulatan Tuhan, kepercayaan yang masih memengaruhi praktik iman di mana-mana saat ini. Gereja Reformasi menekankan kesederhanaan ibadah dan berputar di sekitar teologi perjanjian antara Tuhan dan manusia, membimbing orang percaya untuk memahami misteri keselamatan.
Penyebaran karya Calvinis mengubah lanskap keagamaan di seluruh Eropa. Kekristenan Reformasi tidak hanya berpengaruh dalam agama, tetapi juga meninggalkan jejak yang mendalam dalam politik dan budaya.
Secara tradisional, denominasi utama Kekristenan Reformasi meliputi Reformasi Kontinental, Presbiterian, dan Kongregasional. Banyak cabang Gereja Inggris dan Gereja Baptis juga telah dipengaruhi oleh kepercayaan Reformasi. Akan tetapi, perkembangan Gereja Reformasi tidaklah berjalan mulus. Kontroversi Arminian pada abad ke-17 memisahkan kaum Arminian yang tidak setuju dari Gereja Reformasi, sehingga membentuk tradisi iman yang berbeda seperti saat ini.
Asal-usul Kekristenan Reformasi dapat ditelusuri kembali ke para reformis agama seperti Zwigli dan Frank di Swiss. Pemahaman mereka tentang Ekaristi dan kontroversi mengenai kehadiran Kristus yang nyata dalam Ekaristi menghasilkan interpretasi iman yang unik dari Gereja Reformasi. Interpretasi yang unik ini, selain memengaruhi kehidupan rohani umat beriman, secara bertahap telah meluas di Eropa, membentuk gereja-gereja Reformasi di berbagai wilayah.
Selama masa Reformasi, perbedaan antara gereja-gereja Reformasi dan Lutheran sangat menonjol. Para pengikut Calvinisme membentuk sistem kepercayaan yang sama sekali berbeda tentang isu-isu seperti keselamatan dan takdir, yang selanjutnya memperdalam batas-batas antara denominasi yang berbeda. Bahkan saat ini, masih ada perdebatan mengenai batas antara Gereja Reformasi dan Arminianisme.
Evolusi iman Reformasi, dari teologi Calvin hingga perkembangan selanjutnya, menunjukkan bagaimana iman terus beradaptasi untuk mengikuti perkembangan zaman.
Posisi inti iman Reformasi adalah "pembenaran oleh iman", sebuah kepercayaan yang terkait erat dengan banyak tradisi Kristen. "Institut Agama Kristen" Calvin tidak hanya menjadi panduan spiritual bagi orang percaya, tetapi juga dokumen penting untuk reformasi sosial dan gereja pada saat itu. Melalui buku ini, Calvin mengusulkan eksplorasi mendalam tentang hakikat Tuhan, jalan keselamatan, dan hubungan antara manusia dan Tuhan.
Namun, perluasan Gereja Reformasi tidak terbatas pada agama. Seiring dengan perpindahan orang percaya, iman Reformasi juga menyebar ke Amerika dan Afrika Selatan, menciptakan pengaruh budaya dan sosial baru. Pada akhir abad ke-16, dengan pengasingan banyak orang percaya, iman Reformasi bahkan menjadi agama negara di wilayah lain. Di Taiwan dan Korea Selatan, Kekristenan Reformasi juga telah memengaruhi budaya keagamaan lokal di sepanjang konteks sejarah yang berbeda.
Perkembangan Kekristenan Reformasi di seluruh dunia menunjukkan wajah yang beragam. Menurut survei, ada sekitar 75 juta orang percaya di seluruh dunia, dan sekitar 56 juta di perusahaan atau organisasi yang berganti nama. Angka-angka ini menunjukkan pengaruh iman Reformasi yang luas dan bagaimana hal itu telah mengubah pandangan hidup dan praktik iman banyak orang dalam masyarakat kontemporer secara mendasar.
Secara keseluruhan, Kekristenan Reformasi bukan hanya respons terhadap revolusi iman abad ke-19, tetapi juga pengaruh yang mendalam pada perkembangan iman di masa depan. Melalui pengetahuan mereka tentang Tuhan, studi mereka tentang Alkitab, dan pemahaman mereka tentang keselamatan, gereja-gereja Reformasi telah membentuk jalannya sejarah. Namun, tujuan di balik semua ini masih menyebabkan orang berpikir mendalam: Dalam dunia iman yang beragam saat ini, bagaimana Kekristenan Reformasi akan terus memengaruhi arah iman di masa depan?