Perjanjian memegang tempat sentral dalam iman Kristen, khususnya dalam pemahaman Kristen Reformasi. Perjanjian-perjanjian ini tidak hanya menyingkapkan hubungan antara Tuhan dan manusia, tetapi juga menyediakan kunci bagi seluruh Alkitab. Seiring dengan perubahan masyarakat dan budaya, banyak orang mulai mempertanyakan teks-teks kuno ini dan maknanya. Sebuah studi yang lebih mendalam tentang teologi perjanjian Reformasi dapat membantu kita lebih memahami kehendak Tuhan.
Ekspresi teologi perjanjian membuat seluruh cetak biru keselamatan muncul di hadapan orang percaya dengan cara yang lebih terstruktur dan jelas.
Dalam teologi Reformasi, perjanjian digunakan untuk menggambarkan hubungan antara Tuhan dan manusia. Pemahaman ini menekankan kedaulatan dan kasih karunia Tuhan. Menurut pandangan Reformasi, ada dua jenis perjanjian utama: perjanjian perbuatan dan perjanjian kasih karunia. Kontrak kerja ditandatangani antara Tuhan dan Adam dan Hawa di Taman Eden, dan mencakup persyaratan ketaatan yang sempurna; sementara perjanjian kasih karunia adalah rencana penebusan yang disediakan Tuhan secara proaktif setelah Adam dan Hawa berdosa.
Melalui perjanjian kasih karunia, orang percaya tidak memerlukan ketaatan yang sempurna untuk memperoleh keselamatan, yang menunjukkan bahwa kasih karunia Tuhan melampaui ketidaksempurnaan manusia.
Bentuk teologi kontrak ditekankan selama gerakan Reformasi pada abad keenam belas, dan kerangka teoritis ini secara bertahap ditingkatkan seiring dengan perkembangan Reformasi. Pendiri tradisi ini, John Calvin, dan orang-orang sezamannya, menekankan konsep perjanjian dalam Alkitab dan memberikan bimbingan kepada orang percaya melalui karya teologis yang sistematis.
Pada abad-abad berikutnya, ketika gereja terpecah dan berkembang, seperti munculnya Arminianisme, teologi perjanjian semakin berkembang menjadi landasan iman utama yang memungkinkan kaum Reformasi dan orang Kristen lainnya untuk bekerja sama dalam budaya yang berbeda dan terus mewariskan kepercayaan dalam konteks sosial.
Dalam kerangka Reformed, perjanjian dan keselamatan tidak dapat dipisahkan. Rencana keselamatan Allah diungkapkan melalui berbagai tahap dan perjanjian historis, termasuk bangsa Israel dalam Perjanjian Lama dan seluruh umat manusia dalam Perjanjian Baru. Orang percaya, melalui iman kepada Yesus Kristus, masuk ke dalam perjanjian kasih karunia, yang merupakan syarat untuk menjadi umat Allah.
Iman ini didasarkan pada karya penyelamatan Yesus Kristus, bukan hasil perilaku pribadi, dan menunjukkan sifat kasih karunia Allah yang tanpa syarat.
Karena kita hidup dalam masyarakat yang beragam dan kompleks, teologi perjanjian menyediakan struktur yang stabil bagi iman. Teologi ini tidak hanya membantu orang percaya memahami hubungan mereka dengan Tuhan, tetapi juga mendorong keharmonisan dan kerja sama di antara masyarakat. Konsep kontrak juga dapat diterapkan pada praktik etika pribadi dan keadilan sosial, yang mendorong orang percaya untuk menjalankan ajaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari mereka.
KesimpulanDengan pemahaman yang lebih mendalam tentang perjanjian Tuhan, orang percaya dapat lebih benar-benar mengalami kasih karunia dan kedaulatan Tuhan. Hikmat perjanjian ini bukan hanya bagian inti dari iman Kristen, tetapi juga prinsip panduan yang sangat diperlukan bagi orang percaya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Di bawah pengaruh perjanjian ini, kita ditantang untuk berpikir, bagaimana kita dapat menjalankan maksud perjanjian Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari?