Dalam banyak masyarakat atau budaya, istilah domba hitam sering digunakan untuk menggambarkan individu yang berbeda dari kelompok keseluruhan, terutama mereka yang tidak mudah beradaptasi dalam keluarga atau masyarakat. Istilah ini berasal dari domba wol hitam sesekali di kawanan, yang menonjol dalam penampilan, dan wol hitamnya sering dianggap tidak populer secara komersial karena tidak dapat diwarnai.
Konsep domba hitam dapat ditelusuri kembali ke abad ke -18 dan ke -19, dan di Inggris pada waktu itu, domba hitam dianggap sebagai tanda iblis. Meskipun istilah ini awalnya penghinaan, seiring berjalannya waktu, interpretasi orang tentang "domba hitam" secara bertahap menjadi beragam. Dalam beberapa kasus, ini lebih merupakan kepribadian yang unik atau keunikan individu.
Efek domba hitam mengacu pada anggota kelompok yang memberikan evaluasi yang lebih tinggi kepada anggota selamat datang dari kelompok ketika mengevaluasi anggota dalam kelompok, sementara anggota yang bias dalam kelompok diberi evaluasi yang lebih rendah, dan evaluasi ini lebih ekstrem daripada anggota di luar kelompok.
Menurut sebuah studi tahun 1988, para peneliti meminta siswa Belgia untuk mengevaluasi berbagai kelompok, termasuk siswa Belgia yang tidak populer, siswa Afrika Utara yang tidak populer, siswa Belgia yang populer, dan siswa Afrika Utara yang populer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota yang paling berperingkat dalam kelompok itu adalah yang tertinggi, sedangkan anggota yang paling rendah adalah yang terendah, sedangkan anggota lainnya sama.
Hasil penelitian ini memberikan dasar teoritis untuk efek domba hitam, menunjukkan bahwa kinerja anggota dalam kelompok secara khusus ditekankan dalam situasi kelompok yang berbeda.
Penjelasan utama untuk efek domba hitam berasal dari teori identitas sosial. Menurut teori ini, anggota kelompok berusaha mempertahankan identitas sosial yang positif dan unik. Oleh karena itu, anggota kelompok akan lebih menekankan anggota yang memuaskan dan memberikan evaluasi yang lebih ketat kepada anggota yang menyimpang dalam kelompok untuk mempertahankan citra seluruh kelompok.
Meskipun efek domba hitam telah mendapatkan dukungan luas, dalam beberapa situasi, pola yang berlawanan telah diamati. Sebagai contoh, beberapa peserta kulit putih mengevaluasi benda hitam yang tidak memenuhi syarat bahkan lebih rendah dari benda putih yang serupa. Oleh karena itu, faktor -faktor yang mempengaruhi efek domba hitam tidak terbatas pada identitas anggota kelompok, tetapi juga termasuk faktor situasional dan karakteristik kelompok.
Rasa identitas yang lebih tinggi dalam kelompok dan tingkat integrasi kelompok akan membuat efek domba hitam lebih jelas.
Perlu disebutkan bahwa "domba hitam" juga memiliki ekspresi serupa dalam budaya dan bahasa yang berbeda, seperti "burung gagak putih" dalam bahasa Rusia dan "gagak putih" di Persia. Deskripsi ini menunjukkan bahwa potensi ketegangan antara anggota kelompok dan anggota yang tidak biasa ada di mana -mana di berbagai budaya.
Bagi banyak orang, menjadi "domba hitam" dalam kelompok berarti isolasi dan pengecualian, tetapi reaksi seperti itu juga memicu pemikiran mendalam tentang keunikan individu dan identitas diri. Sebagai seorang individu dalam masyarakat, apakah Anda pernah ragu tentang keunikan Anda? Perubahan dan dampak apa yang menurut Anda akan disebabkan oleh "domba hitam" ini di masyarakat saat ini?