Dalam lingkungan pasar global saat ini, perusahaan menghadapi tuntutan konsumen yang semakin beragam. Konvergensi berbagai bahasa dan budaya telah mengharuskan transformasi yang mendesak dalam strategi pemasaran. Pada saat ini, konsep "transkreasi" secara bertahap mendapat perhatian. Transkreasi menggabungkan unsur-unsur "penerjemahan" dan "kreasi". Ini bukan hanya tentang mengubah teks dari satu bahasa ke bahasa lain, tetapi juga tentang menciptakan kembali antarbahasa untuk memastikan bahwa maksud, gaya, nada, dan konteks teks asli tetap dipertahankan. masih ada dalam bahasa target.
Transkreasi yang berhasil membangkitkan emosi yang sama dan menyampaikan makna yang sama dengan bahasa sumber.
Konsep transkreasi muncul pada pertengahan abad ke-20. Ini pertama kali diusulkan dalam konteks penerjemahan sastra dan kemudian secara bertahap diterapkan pada bidang pemasaran dan periklanan global. Metode ini kini juga banyak digunakan dalam penerjemahan gim video dan aplikasi seluler. Dalam lingkungan pemasaran, penerjemah profesional yang terlibat dalam transkreasi sering disebut "penulis naskah" atau "editor naskah", atau bahkan "transkreator".
Asal usul transkreasi dapat ditelusuri kembali ke India dan Brasil pada abad ke-20. Pada tahun 1964, sarjana India Purushottama Lal menunjukkan bahwa pekerjaan penerjemah dalam banyak hal telah menjadi semacam transkreasi, yang menekankan kreativitas penerjemahan. Penerjemah Brasil Haroldo de Campos membandingkan transkreasi dengan transfusi darah, yang menekankan kekayaan penerjemahan dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan budaya. Di Tiongkok, istilah ini secara bertahap mulai dikenal, dan konsep transkreasi pertama kali disebutkan dalam majalah Modern Advertising pada tahun 2010.
Transkreasi menekankan peran kreatif independen penerjemah.
Istilah "transkreasi" digunakan cukup menonjol dalam budaya populer. Misalnya, adaptasi Amerika dari anime Jepang "Doraemon" menunjukkan karakteristik transkreasi yang jelas. Dalam versi ini, adegan gaya Jepang asli diganti dengan elemen yang lebih cocok untuk penonton Amerika. Selain itu, komik "Spider-Man: India" juga telah mengalami adaptasi signifikan dalam latarnya, memindahkan latar cerita dari New York ke Mumbai, dan membentuk kembali protagonisnya sebagai Spider-Man dengan identitas India. Latar cerita dan lawannya telah menjadi elemen yang sesuai dengan budaya India.
Secara historis, penerjemahan dapat dibagi menjadi tiga jenis: penerjemahan harfiah, parafrase, dan imitasi. Transkreasi dianggap sebagai variasi penerjemahan imitatif atau adaptif. Meskipun transkreasi telah diakui secara luas, masih ada keraguan di bidang penerjemahan profesional. Beberapa penerjemah percaya bahwa transkreasi tidak boleh menjadi bentuk penerjemahan yang berdiri sendiri, tetapi harus dianggap sebagai metode dalam proses penerjemahan.
Setelah memasuki abad ke-21, banyak agensi penerjemahan mulai mempromosikan diri mereka sebagai agensi transkreasi. Pendekatan ini memungkinkan pemasar di pasar lokal untuk melokalkan esensi pesan iklan global sambil tetap mempertahankan strategi global. Pergeseran ini terkait erat dengan prinsip "berpikir global, bertindak lokal" yang semakin ditekankan dalam beberapa tahun terakhir.
Seiring dengan perluasan pengiklan ke pasar internasional, mereka menghadapi tantangan unik: iklan harus menyentuh hati pendengar, bukan hanya kepala mereka.
Melalui transkreasi, merek tidak hanya dapat mengamati kebutuhan konsumen, tetapi juga membangun koneksi pada tingkat emosional, yang secara signifikan meningkatkan efektivitas. Seiring dengan terus berkembangnya pasar global, signifikansi dan penerapan transkreasi akan menjadi semakin mendalam. Apakah Anda juga berpikir tentang bagaimana menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan daya saing global produk Anda?