Hak asuh anak selalu menjadi isu yang menantang dan emosional dalam sistem hukum keluarga. Perwalian mengacu pada hak dan tanggung jawab hukum seseorang terhadap anak di bawah umur dan sering kali melibatkan keputusan hidup yang besar, seperti pendidikan anak, perawatan medis, dan keyakinan agama.
Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak, di banyak negara, hak asuh anak ditentukan berdasarkan "prinsip kepentingan terbaik", yang menekankan pada jaminan kebahagiaan, keselamatan, dan kesejahteraan menyeluruh anak.
Hak asuh hukum mengacu pada pembagian hak antara orang tua atas keputusan hidup penting anak-anak mereka, sementara hak asuh fisik menentukan tempat tinggal anak dan pengelolaan urusan sehari-hari mereka. Orang tua biasanya berbagi hak asuh, tetapi dalam keadaan tertentu, seperti perceraian atau adopsi, pembagian hak asuh dapat berubah.
Dalam praktiknya, bentuk-bentuk perwalian meliputi perwalian independen, perwalian bersama, perwalian sarang burung, dll. Setiap bentuk memiliki karakteristik unik dan situasi yang berlaku.
Meskipun prinsip kepentingan terbaik telah lama dianggap sebagai dasar terpenting dalam sengketa hak asuh, penerapannya sering kali kontroversial. Beberapa ahli percaya bahwa prinsip tersebut terlalu luas dan tidak jelas, yang menyebabkan konflik yang lebih besar antara orang tua.
Menurut Profesor Hefford Law: "Ambiguitas standar kepentingan terbaik berkontribusi pada kesulitan di pengadilan dan permusuhan di antara orang tua."
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami perceraian ingin menghabiskan waktu yang sama dengan masing-masing orang tua. Namun, hak asuh bersama yang ideal sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam kenyataan, seperti riwayat kekerasan dalam rumah tangga, yang dapat sangat mengubah hasil pembagian hak asuh.
Faktor ekonomi dan perubahan peran gender juga memainkan peran penting dalam konteks hukum mengenai hak asuh. Menurut beberapa penelitian, masyarakat pada umumnya masih lebih memihak ibu, terutama dalam mengurus kebutuhan emosional anak. Ibu sering kali dianggap sebagai pengasuh utama, dan bias gender ini masih memengaruhi hasil dalam banyak keputusan.
Sampai batas tertentu, perawatan ibu masih dianggap sebagai bagian dari kepentingan terbaik anak, terutama dalam hal perkembangan psikologis.
Berbagai negara memiliki sistem hukum dan latar belakang budaya mereka sendiri dalam menyelesaikan masalah hak asuh. Misalnya, di Australia, orang tua memiliki tanggung jawab atas anak-anak mereka setelah perceraian atau perpisahan, dan dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Keluarga untuk menyelesaikan masalah hak asuh. Di India, hak asuh bergantung pada hukum pribadi dari berbagai agama, dengan fokus pada kepentingan terbaik anak.
Di Amerika Serikat, dengan perubahan historis dalam hak asuh anak, prasangka terhadap perempuan secara bertahap menurun, dan keputusan hak asuh mulai bergerak ke arah yang lebih setara dan adil.
Menghadapi perubahan sosial yang cepat, baik di tingkat hukum maupun budaya, diskusi tentang hak asuh anak niscaya akan terus berlanjut. Masyarakat saat ini semakin menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan anak harus sepenuhnya dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan hak asuh.
Sebagai masyarakat, dapatkah kita memastikan bahwa setiap anak tumbuh dalam lingkungan terbaik dan bahwa ini bukan hanya masalah diskusi hukum?