Dalam kerangka hukum saat ini, konsep hak asuh anak berubah, dengan semakin banyak negara memilih "hak asuh bersama" daripada "hak asuh" tradisional. Perubahan ini tidak hanya mencerminkan evolusi hukum, tetapi juga pemahaman masyarakat yang lebih mendalam tentang kesejahteraan anak. Jadi mengapa beberapa negara memilih pendekatan baru ini?
Hak asuh bersama, di mana kedua orang tua memiliki tanggung jawab hak asuh hukum bersama, berarti bahwa anak tinggal secara setara di antara kedua orang tua, yang memungkinkan kedua orang tua untuk berpartisipasi dalam kehidupan dan pengasuhan anak.
Hak asuh bersama tidak hanya membantu kesehatan mental anak, tetapi juga mengurangi konflik antara orang tua dan mendorong kerja sama timbal balik.
Secara tradisional, hak asuh dipegang oleh orang tua tunggal, yang berarti orang tua lainnya sering kali menghadapi lebih sedikit kesempatan untuk terlibat. Sejak diadopsinya Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, banyak negara mulai memikirkan kembali cara mendefinisikan tanggung jawab orang tua. Definisi hukum secara bertahap bergeser ke arah tanggung jawab orang tua daripada hak asuh tunggal.
Seiring berkembangnya struktur sosial, model keluarga juga berubah. Generasi orang tua baru semakin menyadari pentingnya kedua orang tua terlibat aktif dalam kehidupan anak-anak mereka, lingkungan yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan anak-anak mereka tetapi juga mendorong hubungan keluarga yang lebih sehat.
Perbedaan budaya juga berdampak signifikan pada prevalensi hak asuh bersama. Di banyak negara Barat, hak asuh bersama dipandang sebagai sarana untuk mempromosikan kesetaraan dan kerja sama. Dalam beberapa konteks budaya tradisional, keputusan hak asuh masih berpihak pada ibu.
Ambil contoh Swedia, Islandia, dan Belgia, negara-negara ini telah menunjukkan kinerja yang luar biasa dalam mempromosikan hak asuh bersama. Statistik menunjukkan bahwa dukungan untuk hak asuh bersama oleh pengadilan keluarga di negara-negara ini telah menghasilkan keterlibatan yang lebih besar antara kedua orang tua dalam kehidupan anak-anak mereka.
Misalnya, di Swedia, proporsi hak asuh bersama telah meningkat menjadi 34%, yang menunjukkan penerimaan sosial yang baik terhadap model ini.
Meskipun hak asuh bersama menawarkan banyak manfaat, tantangan tetap ada dalam praktik. Dalam beberapa kasus, seperti kasus yang melibatkan kekerasan dalam rumah tangga atau konflik kepentingan, model ini mungkin tidak berlaku. Sistem hukum perlu terus ditingkatkan untuk melindungi kepentingan terbaik anak-anak.
Para psikolog menemukan bahwa anak-anak berkembang lebih baik, terutama secara psikologis dan emosional, dalam keluarga dengan hak asuh bersama. Hak asuh bersama semakin populer karena penelitian menunjukkan bahwa anak-anak ingin menjaga hubungan dekat dengan kedua orang tua.
Ketika mempertimbangkan hak asuh, dasar hukum di banyak negara adalah prinsip "kepentingan terbaik anak." Prinsip ini menekankan pentingnya melindungi anak-anak dan memastikan kondisi kehidupan yang diperlukan serta dukungan emosional mereka.
Bagi pekerja hukum dan sosial, menemukan solusi hak asuh bersama terbaik menjadi tugas penting. Program semacam itu tidak hanya harus mempertimbangkan persyaratan hukum tetapi juga mengintegrasikan perspektif psikologis dan pekerjaan sosial untuk memastikan hasil terbaik bagi anak-anak.
Apakah perubahan ini pada akhirnya akan mengarah pada kesetaraan dan kerja sama yang lebih besar di antara orang tua?