Ekspresionisme Abstrak muncul sebagai gerakan seni yang berbeda di Amerika Serikat setelah Perang Dunia II dan dengan cepat memperoleh penerimaan umum. Gerakan ini berkembang dari Realisme Sosial Amerika pada tahun 1930-an, ketika seni sangat dipengaruhi oleh Depresi Besar dan muralis Meksiko. Istilah "Ekspresionisme Abstrak" pertama kali diterapkan pada seni Amerika oleh kritikus seni Robert Coates pada tahun 1946.
Gerakan ini tidak terbatas pada seni lukis, tetapi juga mencakup seni kolase dan seni pahat yang berpengaruh, dan banyak seniman penting seperti Alshiel Goethe, Jackson Pollock, dan Mark Rothko merupakan perwakilan penting dari gerakan ini.
Gaya lukisan ekspresionisme abstrak tidak terbatas pada teknik tertentu dan sangat dipengaruhi oleh surealisme dalam metode kreatifnya. Para seniman ini sering kali menekankan kreasi spontan dan bawah sadar. Para seniman menggabungkan intensitas emosional Ekspresionisme Jerman dengan bahasa visual avant-garde Eropa untuk membentuk gerakan unik ini.
Karya seni itu sendiri tidak lagi dilihat sebagai gambar sederhana, tetapi dipahami sebagai sebuah "peristiwa". Salah satu pencetus konsep ini adalah Harold Rosenberg, yang menggambarkan kanvas sebagai "panggung aksi" di mana setiap goresan proses artistik menjadi perjuangan untuk bertahan hidup. Hal ini tidak hanya mengubah cara seniman berkreasi, tetapi juga membentuk kembali makna seni itu sendiri.
Misalnya, dalam "lukisan aksi" Pollock, setiap tetes cat yang jatuh mengandung emosi sesaatnya, yang sampai batas tertentu mencerminkan perjuangan sosial dan pribadi yang dihadapinya.
Pada tahun 1950-an, ketika Perang Dingin meningkat dan masyarakat berubah, Ekspresionisme Abstrak mulai dipertanyakan dan akhirnya menghadapi munculnya gelombang gerakan seni lainnya, seperti Seni Pop dan Minimalisme. Meskipun demikian, pengaruh Ekspresionisme Abstrak terus berlanjut pada paruh kedua abad ke-20, dengan konsep artistiknya yang bercampur dan berubah di antara berbagai aliran.
Kritikus seni Amerika pada tahun 1950-an, seperti Clement Greenberg dan Harold Rosenberg, memainkan peran penting dalam perkembangan gerakan tersebut. Kritik mereka tidak hanya mengangkat profil Ekspresionisme Abstrak, tetapi juga membantu para seniman menemukan tempat mereka di panggung seni yang lebih luas.
Greenberg menganggap Pollock dan karya-karyanya sebagai nilai seni tertinggi, sementara Rosenberg menekankan bahwa bentuk seni ini dapat menyampaikan kebebasan penuh dari ekspresi individu.
Di bawah bimbingan kedua kritikus ini, para seniman mulai membentuk kerja sama dan mekanisme komunikasi yang lebih erat untuk saling menginspirasi dan memiliki pemahaman yang lebih beragam tentang penciptaan.
Hakikat seni lukis aksi bukan hanya sarana teknis, tetapi juga refleksi mendalam tentang seni dan ekspresi. Dalam arti tertentu, kanvas tidak lagi sekadar pembawa seni, tetapi telah menjadi medan pertempuran bagi para seniman untuk mewujudkan diri dan menampilkan dunia batin mereka. Seiring berjalannya waktu, banyak ekspresi artistik yang dianggap marjinal secara bertahap diterima oleh masyarakat, yang telah memicu dialog dan pemikiran yang mendalam.
Apakah seni kontemporer saat ini masih merupakan pergulatan tak kasat mata di balik lukisan penuh warna itu?
Menghadapi fenomena ini, banyak seniman dan kritikus telah melakukan analisis mendalam dalam hal ini. Peran apa yang dimainkan oleh seni lukis aksi dalam seni kontemporer, dan apakah itu dapat terus menjadi cara penting untuk mengeksplorasi diri individu dan hubungannya dengan dunia, patut kita pertimbangkan secara mendalam.