Ambivalensi afektif, atau ambivalensi, adalah keadaan yang memiliki reaksi, keyakinan, dan emosi yang saling bertentangan pada saat yang bersamaan. Fenomena psikologis yang kompleks ini dapat dilihat di mana-mana dalam kehidupan, dari hubungan interpersonal hingga sikap terhadap nilai-nilai tertentu, hal itu dapat mencerminkan kontradiksi emosional. Ketika sikap kita terhadap seseorang atau sesuatu mengandung emosi positif dan negatif, itu adalah manifestasi konkret dari ambivalensi emosional.
Ambivalensi emosional dapat menyebabkan individu bertindak kurang tegas karena sikap mereka tidak lagi jelas.
Dalam struktur psikologis manusia, kontradiksi ini sering kali menyebabkan kesulitan dalam pengambilan keputusan. Penelitian menunjukkan bahwa ketika konflik emosional muncul tentang masalah tertentu, proses pengambilan keputusan individu sering kali terpengaruh dan mereka menjadi lebih tidak pasti dan ragu-ragu. Hal ini sebagian karena keadaan emosional yang saling bertentangan membuat perilaku masa depan lebih sulit diprediksi.
Dalam psikologi, ada bentuk yang disebut "kontradiksi persepsi" atau "kontradiksi subjektif", yang mencerminkan konflik batin seseorang ketika mengevaluasi suatu objek. Kontradiksi ini sering kali terwujud sebagai emosi atau reaksi yang campur aduk, dan bahkan dapat menyebabkan ketidakpastian perilaku pada pihak individu. Ketika seseorang menyadari bahwa mereka memiliki perasaan yang bertentangan, mereka mengalami kecemasan dan rasa tidak aman yang berasal dari keyakinan yang bertentangan ini.
Survei menemukan bahwa individu yang menghadapi konflik emosional sering kali memilih untuk menghindari pengambilan keputusan atau menunda tindakan.
Selain kontradiksi yang dirasakan, ada juga yang disebut "potensi kontradiksi". Keadaan ini mewakili pengakuan individu terhadap reaksi positif dan negatif ketika mengevaluasi sesuatu. Ini juga berarti bahwa selama proses evaluasi, individu menyadari perasaan mereka yang bertentangan tentang subjek, tetapi mungkin tidak sepenuhnya menghadapi perasaan ini.
Poin utama dari teori ini adalah bahwa individu cenderung mengejar koherensi kognitif, sehingga setiap ketidakkonsistenan dalam emosi atau keyakinan akan menciptakan ketegangan psikologis. Ketegangan tersebut mendorong orang untuk mencari keseimbangan guna mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kontradiksi.
Ketidaknyamanan psikologis berasal dari perbedaan antara keyakinan dan perilaku, dan ambivalensi emosional merupakan hasil umum dari proses ini.
Konflik emosional bukan hanya keadaan psikologis yang sederhana, tetapi juga dapat memicu serangkaian reaksi perilaku dan emosional. Penelitian telah menemukan bahwa individu yang berada dalam kondisi ambivalensi emosional sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk mengintegrasikan berbagai sudut pandangnya ketika berhadapan dengan masalah terkait. Selain itu, proses berpikir dalam situasi ini akan menjadi kurang efisien, yang memengaruhi kualitas pengambilan keputusan mereka.
Konflik emosional merupakan mekanisme psikologis yang kompleks dan penting yang layak untuk kita eksplorasi secara mendalam. Bagi Anda sendiri, pernahkah Anda mengalami ambivalensi emosional? Bagaimana kontradiksi ini memengaruhi pilihan hidup Anda?