Dalam teknologi otomotif modern, transmisi variabel kontinu (CVT) semakin penting karena memberikan penyaluran daya yang halus dan lancar kepada pengemudi. Tidak seperti transmisi rasio gigi tetap tradisional, CVT dapat bervariasi dalam rentang rasio gigi kontinu, yang memungkinkan mesin bekerja pada kecepatan optimal untuk efisiensi bahan bakar dan performa daya yang lebih baik.
Prinsip desain CVT berasal dari struktur mekanis yang disederhanakan, biasanya terdiri dari dua katrol dengan diameter variabel dan sabuk atau rantai.
Prinsip kerja CVT melibatkan katrol diameter variabel yang digerakkan oleh mesin, yang memungkinkan penyesuaian rasio gigi yang lancar dibandingkan dengan beberapa rasio gigi tetap transmisi tradisional. Ini berarti pengemudi tidak akan merasakan perubahan mendadak selama akselerasi atau deselerasi, dan transisi yang lancar ini membuat pengalaman berkendara lebih menyenangkan.
CVT tipe katrol sejauh ini merupakan jenis yang paling umum, biasanya menggunakan sabuk-V yang membentang di antara dua katrol dengan diameter variabel. Desain ini memungkinkan diameter katrol bervariasi sesuai jarak antara katrol, sehingga menyesuaikan rasio roda gigi. Saat katrol mendekat, katrol menjauh sesuai jaraknya untuk mempertahankan ketegangan sabuk.
Karena kopling yang erat antara katrol dan sabuk, tipe CVT ini dapat beroperasi pada efisiensi hingga 88 persen, yang kurang efisien dibandingkan transmisi manual tetapi mengimbanginya dengan menjaga mesin tetap bekerja pada rpm optimal.
CVT hidraulik menggunakan pompa perpindahan positif yang digerakkan mesin untuk mengirim tekanan oli ke satu atau lebih motor hidraulik, yang menghasilkan torsi yang diterapkan ke roda penggerak kendaraan. Keunggulan CVT hidraulik adalah kecepatannya yang tidak menentu, yang memungkinkan kendaraan berjalan mulus pada kecepatan rendah.
CVT Toroidal adalah desain unik lainnya yang terdiri dari serangkaian cakram dan rol, yang memungkinkannya menahan beban torsi yang lebih tinggi daripada CVT tipe katrol. Desain ini secara efektif menghindari gangguan dari perangkat eksternal.
Keunggulan CVT Toroidal adalah dapat mengendalikan daya keluaran dengan lebih baik di bawah transmisi yang sepenuhnya stepless.
Selain CVT yang disebutkan di atas, terdapat pula CVT cakram gesek dan desain berbasis pinion lainnya, yang biasanya digunakan dalam aplikasi tertentu, seperti mesin pertanian atau beberapa kendaraan khusus.
CVT pertama kali muncul pada mobil DAF 600 produksi massal Belanda pada tahun 1958, dan selanjutnya secara bertahap digunakan pada sejumlah mobil baru. Misalnya, model hibrida seperti Toyota Prius sering kali menggunakan sistem CVT untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan performa.
Peluncuran sistem ini yang sukses menunjukkan meningkatnya permintaan konsumen akan pengalaman berkendara yang lebih mulus.
Seiring kemajuan teknologi, jenis transmisi ini tidak lagi terbatas pada mobil kecil, tetapi semakin umum digunakan pada mobil balap berperforma tinggi, yang menunjukkan arah pengembangan penting teknologi otomotif masa depan. Namun, desain CVT bukannya tanpa kekurangan, dan banyak pengemudi yang khawatir dengan kinerjanya dalam situasi torsi tinggi, sehingga masih ada ruang untuk perbaikan drivetrain.
Di antara banyak sistem transmisi, CVT mungkin menjadi tren masa depan. Sebagai bagian dari kemajuan teknologi, CVT menghadirkan pengalaman berkendara yang belum pernah ada sebelumnya. Namun, apakah teknologi tersebut dapat diterima oleh konsumen dalam jangka panjang dan memastikan keandalan sistem transmisi merupakan pertanyaan yang perlu kita pikirkan secara mendalam?